Ramai-ramai Ekonom Beber Kejanggalan demi Kejanggalan Data BPS soal Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen

Data BPS pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen menuai sorotan publik karena dianggap tidak mencerminkan kondisi di lapangan

|
Editor: Juang Naibaho
Tribunnews.com
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Sejumlah ekonom membeberkan kejanggalan demi kejanggalan data BPS pada Kuartal II-2025 lantaran dipandang bertentangan dengan indikator ekonomi utama yang sudah dirilis sebelumnya. 

“Dan kalau lihat datanya, kredit untuk investasi kan turun juga,” paparnya. 

Lebih jauh, Tauhid menyoroti sektor transportasi yang biasanya tercermin dari penjualan kendaraan bermotor. 

Menurutnya, data penjualan kendaraan justru mengalami kontraksi sebesar 0,4 persen, sementara sektor bangunan yang tumbuh 4,89 persen tidak sesuai dengan realisasi konsumsi semen yang tercatat menurun. 

“Kemudian yang kedua, juga kalau kendaraan kan memang turun. Itu kan clear di 0,4. Kemudian bangunan, kuartal kedua itu 4,89. Coba lihat pembelian semen, itu kan bahkan drop. Di bawah itu masih tumbuh 4,89. Itu artinya, itu yang menurut saya harus dijelaskan kenap data ini bertentangan dengan data-data yang sudah muncul sebelumnya,” bebernya. 

Selain itu, sektor industri pengolahan yang disebut melonjak 5,7 persen juga dinilai tidak konsisten. 

Ia mempertanyakan jenis industri apa yang sebenarnya mendorong pertumbuhan tersebut, mengingat program hilirisasi belum menunjukkan aktivitas besar karena pembiayaan proyek belum sepenuhnya berjalan. 

Sektor pertanian yang mengalami kontraksi 1,7 persen juga menjadi perhatian. 

Tauhid menilai aneh bila sektor ini justru tercatat sebagai kontributor kedua terbesar setelah industri pengolahan, sementara pertumbuhannya negatif. 

Seharusnya penurunan tajam di sektor pertanian memberikan dampak negatif terhadap total pertumbuhan ekonomi, mengingat bobot kontribusinya terhadap PDB cukup besar.

Namun, hal itu tidak terlalu terlihat dalam angka pertumbuhan ekonomi nasional yang justru tercatat naik signifikan. 

Ia menduga ada kemungkinan sektor industri pengolahan dihitung terlalu tinggi pertumbuhannya, sehingga seolah mampu menutup pelemahan dari sektor pertanian. 

Di sisi konsumsi, ia mempertanyakan angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tercatat sebesar 4,9 persen pada kuartal II-2025. 

Menurutnya, angka ini terlihat tidak konsisten jika dibandingkan dengan berbagai indikator konsumsi lainnya yang menunjukkan tren pelemahan. 

Tauhid mengungkapkan indeks keyakinan konsumen tercatat di bawah 120, sebuah angka yang menunjukkan kehati-hatian masyarakat dalam melakukan belanja. 

Selain itu, indeks penjualan riil pun masih di bawah target, yang menunjukkan aktivitas konsumsi belum sepenuhnya pulih. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved