Berawal dari Program Kesehatan Reproduksi, Galatea Kini Edukasi 6000 Waria dan LSL di Medan
TRIBUN-MEDAN.com-Berawal dari Program Kesehatan Reproduksi, Galatea Kini Edukasi 6000 Waria dan LSL di Medan.
Berdiri pada medio tahun 1999, Organisasi Kemanusiaan Galatea fokus pada program awalnya yakni kesehatan reproduksi masyarakat.
Organisasi ini terus bertahan hingga saat ini dan bahkan melebarkan fokusnya ke hal-hal yang tak kalah penting yaitu penanggulangan HIV/Aids di Kota Medan.
Chrismanto Peranginangin adalah salah satu pengurus yang berkesempatan diwawancarai Tribun Medan, Minggu (18/8/2019) pagi di sebuah kafe di Jalan Ringroad, Sunggal, Kota Medan.
Ia berujar organisasi yang ia naungi ini digagas oleh tiga sekawan, Barus, Qanita dan Hengky kala itu.
"Sebenarnya Galatea ini adalah nama salah satu wilayah di luar negeri yang memiliki arti sebagai sesuatu yang baik. Filosofi itulah yang dibawa pada organisasi kita," ujar Chris.
Singkat cerita, mulai tahun 2016, Galatea menyusun program dasar dari Globa Fun yaitu Narkoba Jarum suntik, Lelaki Suka Lelaki (LSL) dan Transgender.
Baca: Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sumut Kunjungi Desa yang Belum Dialiri Listrik di Asahan
Baca: Empat Bayi Lahir Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia di RSIA Rosiva
Baca: LINK Live Streaming Timnas Indonesia U-15 vs Korsel di Panggung Boys Elite Football Tournament
Baca: Warga Lukis Mural Bergambar Peta Indonesia, Burung Garuda dan NKRI di Dinding Sepanjang 50 Meter
Ketiga fokus tersebut dilakukan dengan menjangkau, menyuluh dan merujuk pada layanan kesehatan.
Khusus untuk penjangkauan LSL dan Waria sendiri, Galatea melakukannya dengan mengedepankan sikap kehati-hatian dan pendekatan persuasif.
Baca: MEDAN HUJAN DERAS, Angin Kencang Disertai Petir, Ruas Jalan Mulai Banjir, TONTON VIDEO. .
Baca: Aaliyah Massaid Sukses Kibarkan Bendera di Bawah Laut, Ngaku Tertantang Menyelam di Laut Ekstrem
Baca: Reaksi Sang Istri saat Tahu Rio Reifan Terjerat Narkoba untuk Ketiga Kalinya, Ngaku Nyesal Menikah
"Nah, untuk kedua ini memang kita sangat hati-hati, mereka kan pasti berpikir, eh ini orang mau ngapain dekat-dekat. Makanya untuk menjangkau ini kita dibantu dua belas teman yang memang dahulu berperilaku seperti mereka, sehingga lebih mudah memahami mereka," ujar pria 38 tahun ini.
Chris berujar bahwa sangat sulit melihat seseorang tersebut apakah LSL atau Waria sehingga kehadiran orang orang yang berasal dari komunitas sangat terbantu.
Alhasil sejak 2016 hingga 2019, mereka berhasil menjangkau 6.000-an LSL dan Waria.
"Jadi sejak program ini kita laksanakan di tahun 2016, kita berhasil menjangkau lebih dari 6.000 LSL dan Waria di Kota Medan. Kemudian Satu Semester ini (Januari-Juni) ada 3600-an orang. Nah dari angka tersebut sekitar 10 persennya itu terdeteksi HIV/Aids," tambahnya.
Baca: Ayu Ting Ting dan Putrinya Panen Pujian saat Ikut Perlombaan 17 Agustus Bersama Tetangga
Baca: KKB Tembaki Konvoi Kendaraan TNI Pengangkut Logistik, Egianus Kogoya Marah Disebut Orang Tak Dikenal
Baca: Foto dan Video Mesra Syahrini dan Reino Barack saat Pacaran Beredar, Benarkah Tikung Luna Maya?
Penularan HIV/Aids pada LSL dan Waria sangat rentan dialami, sebab perilaku seks yang mereka lakukan berbeda dengan hubungan seks pada umumnnya yang dilakukan dengan jenis kelamin berbeda.