Sembilan Bulan Menjabat Jadi Wali Kota, Banjir di Medan Belum Tertangani

Sembilan bulan memimpin Kota Medan, Wali Kota Rico Waas mengakui penanganan banjir masih jauh dari kata tuntas.

TRIBUN MEDAN/DEDY
SOLUSI REDUKSI BANJIR - Proses pengerjaan Proyek Floodway Sei Kambing-Belawan yang belum rampung hingga saat ini. Pejabat Pemko Medan menargetkan proyek ini jadi solusi reduksi banjir di Kota Medan. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sembilan bulan memimpin Kota Medan, Wali Kota Rico Waas mengakui penanganan banjir masih jauh dari kata tuntas. Meski hujan hanya turun sebentar, genangan setinggi betis hingga melumpuhkan permukiman masih menjadi pemandangan sehari-hari di 80 persen total kecamatan di Medan. 

Pengakuan itu disampaikan Rico usai menghadiri rapat paripurna di gedung DPRD Medan, Senin (17/11). 

Ketika ditanya wartawan soal progres penanganan banjir, Rico menjawab bahwa pihaknya masih mencari rumusan terbaik. Sudah sembilan bulan, Rico ngaku masih mencari solusi.  “Untuk banjir, kami masih mencari apa solusi yang terbaik. Kami bongkar, kami lihat baik dan buruknya, karena kontur setiap kawasan berbeda. Ada yang harus pakai pompa, ada yang pakai sumur kecil, ada juga sumur laluan,” kata Rico.

Ia menyebut Pemko Medan kini menggandeng akademisi dan praktisi untuk mengkaji berbagai opsi teknis. Termasuk perdebatan soal penggunaan sumur laluan yang dinilai sebagian kalangan berisiko jika diterapkan di dalam rumah.

"Kemarin dikaji bersama akademisi. Mereka lebih paham soal teknis, sementara kami melihat dari sisi kebijakan. Sumur laluan itu kalau dibuat di dalam rumah bisa berbahaya, makanya ada pro dan kontra. Perlu kajian matang,” ujarnya.

Pantauan Tribun Medan di lapangan, Pemko Medan lewat Dinas SDABMBK sudah gencar melakukan normalisasi drainase di berbagai titik sejak awal 2025. Mulai dari pengerukan sedimen, pelebaran saluran, hingga penertiban bangunan yang menutup jalur air. Namun, upaya masif ini nyatanya belum memberi dampak signifikan pada penurunan genangan.

Di beberapa lokasi, setelah normalisasi dilakukan, banjir justru masih muncul ketika hujan sedikit lebih deras. Banyak pihak menilai persoalan banjir Medan tidak cukup hanya dengan pengerukan, melainkan membutuhkan rekayasa tata air dan pola pembangunan yang lebih tegas.

Rico pun mengakui salah satu penyebab utama banjir adalah menyusutnya area resapan di tengah pesatnya pembangunan kota.“Bangunan terus bertambah, titik resapan berkurang. Ini yang harus dibenahi. Untuk bangunan baru, kita dorong ada sumur-sumur kecil agar penyerapan air tetap ada,” katanya. 

Baca juga: Ancaman Kebakaran Kota Medan Masih Tinggi, Anggota DPRD Soroti Anggaran P2K

Pendekatan Berbeda
TERKAIT banjir rob yang setiap bulan menghantui kawasan Medan Utara, Rico menyebut penanganannya membutuhkan pendekatan yang berbeda.“Rob ini kan faktor alam. Pencegahannya lain lagi, baik pembangunan tanggul maupun penanganan titik-titik rawan,” jelasnya.

Hingga kini, banjir tetap menjadi persoalan klasik Kota Medan. Hujan setengah jam saja sudah cukup membuat ruas jalan dan permukiman terendam, bahkan beberapa titik terpantau bak kolam besar.

Saat kampanye, Rico Waas berkomitmen menjadikan penanganan banjir sebagai prioritas utama. Namun setelah sembilan bulan menjabat sejak dilantik 20 Februari 2025, persoalan tersebut belum menunjukkan perubahan signifikan.

Sementara itu, Kadis SDABMBK Kota Medan, Gibson Panjaitan berharap proyek Floodway Sei Sikambing-Belawan rampung akhir tahun 2025. Dia mengklaim proyek ini jadi strategi besar mereduksi banjir Medan. (dyk/Tribun-Medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved