Berita Medan
Tampang Orang yang Diduga Membawa Nazwa Aliya ke Kamboja, Pria Bule Rekan Kerja Sang Ibu di Malaysia
Diketahui pria bule warga negara asing (WNA) asal Inggris tersebut bernama Cristopher.
Penulis: Haikal Faried Hermawan | Editor: Ayu Prasandi
Panik, Lanniari berencana melaporkan kehilangan anak ke Polsek Medan Tembung. Namun, laporannya ditolak karena pihak keluarga sudah mengetahui keberadaan Nazwa dan ia bukan lagi anak di bawah umur.
“Malam itu saya tetap ke Polsek, tapi laporan ditolak karena anak saya sudah diketahui berada di Thailand,” jelasnya.
Kabar mengejutkan datang pada Kamis (7/8/2025).
Lanniari mendapat kabar dari pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh bahwa anaknya sedang sakit dan dirawat intensif di State Hospital, Provinsi Siem Reap.
"Saya dapat informasi dari KBRI kalau anak saya sakit dan dirawat di rumah sakit," ujarnya.
Namun, ia mengaku dilarang pihak KBRI untuk pergi langsung ke Kamboja.
KBRI menyarankan agar keberangkatan diwakili oleh anggota keluarga lainnya.
"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," tutur Lanniari.
Setelah sang adik tiba di Kamboja, Lanniari menanyakan apakah ada perwakilan KBRI di rumah sakit.
Ternyata, tidak ada satu pun petugas KBRI yang hadir.
Setelah empat hari perawatan, pada 12 Agustus 2025, Nazwa dinyatakan meninggal dunia.
“Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ucap Lanniari dengan suara bergetar.
Hingga kini, jasad Nazwa masih berada di State Hospital, Provinsi Siem Reap, Kamboja, sejak dinyatakan meninggal dunia pada 12 Agustus 2025.
Baca juga: AKHIR Tragis Azwar Warga Asahan, Diimingi Gaji Rp 13 Juta di Malaysia Malah Dijual ke Kamboja
Lanniari Hasibuan hanya bisa menangis dan pasrah setelah menerima kabar kematian putrinya, Nazwa Aliya di Kamboja.
Niatnya untuk memulangkan jenazah sang anak pun terhalang biaya yang tak sanggup ia penuhi.
Raut wajahnya tampak tegang, matanya sayu dan berkaca-kaca.
Sesekali ia terdiam lama, seperti kehilangan arah, sebelum akhirnya air mata jatuh di pipinya.
Pihak keluarga masih terkendala biaya pemulangan jenazah yang mencapai USD 8.500 atau sekitar Rp138 juta.
Ibu dua anak itu berharap Pemerintah Indonesia, khususnya Pemprov Sumatera Utara dan Pemkab Deli Serdang, dapat membantu memulangkan jasad putrinya.
"Saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya sangat berharap pemerintah membantu pemulangan jenazah anak saya," ujarnya lirih.
(Cr9/Tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Intervensi Inflasi Cabai Merah Kisruh, Pedagang Petisah Tolak Harga Rp35 Ribu: Ini Mematikan Usaha |
|
|---|
| Peduli Kesehatan Mata, Santika Premiere Dyandra dan FKD Kompas Gramedia Adakan Health Talk |
|
|---|
| Pemuda di Belawan Tega Aniaya Adik Kandungnya Gara-gara Charger HP |
|
|---|
| Sandra Ruvina, Siswi Sutomo 2 Medan yang Go Internasional Lewat TechGirls 2025 |
|
|---|
| Dalam Setahun 3 Kali Kehilangan Barang di Medan Tembung, Digasak Komplotan Maling |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.