Berita Viral

DEDI Mulyadi Tolak Keras Diminta Bersihkan Nama Baik Aqua "Dikasih Duit Nih"

Setelah sebelumnya dalam sidaknya menyebut Aqua dari sumur bor dan viral, kini Dedi Mulyadi menolak keras permintaan Aqua yang

Dok. Diskominfo Jabar
DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi membahas aliran dana Aqua Rp 600 juta per bulan ke PDAM Subang. Aqua meminta Dedi Mulyadi meluruskan pernyataan soal sumur bor yang viral. 

TRIBUN-MEDAN.COM – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tolak keras diminta bersihkan nama baik Aqua.

Setelah sebelumnya dalam sidaknya menyebut Aqua dari sumur bor dan viral, kini Dedi Mulyadi menolak keras permintaan Aqua.

Dimana Aqua meminta Dedi Mulyadi meluruskan pernyataannya soal sumber air yang digunakan perusahaan itu.

Dedi Mulyadi menyinggung soal martabat dirinya dan tidak langsung menyetujui permintaan pihak Aqua.

"Kan bapak menjelaskan, kalau saya main potong itu nanti saya dianggap ada apa-apa dengan Aqua, kan martabat saya. 'Oh Kang Dedi udah datangin Aqua dikasih duit nih'. Pasti persepsi publik," katanya.

Dedi Mulyadi secara tegas mengatakan integritasnya akan terancam bila menuruti kemauan Aqua untuk klarifikasi.

"Saya juga harus jaga integritas saya dong. Bapak punya integritas, saya juga harus jaga integritas. Kalau integritas diri saya enggak dijaga, saya belain Aqua enggak akan didenger orang," katanya.

Dedi menegaskan bahwa dirinya sudah memfasilitasi Aqua untuk menjelaskan mengenai sumber air tersebut melalui akun media sosialnya.

Ia juga menuturkan, jika memang produk Aqua terjamin kualitasnya, maka dihancurkan orang lain pun konsumen tidak akan berpindah.

Baca juga: TAK Terima Viralkan Aqua dari Sumur Bor, Kini Dedi Mulyadi Diminta Bersihkan Nama Baik: Propaganda

Dedi mengatakan, ia sengaja mengundang Aqua dan mempersilakan bicara di depan kamera sebagai bentuk tanggung jawabnya.

Sebelumya Dedi Mulyadi seklaigus Gubernur Jawa Barat melakukan sidak di Pabrik Aqua yang ada di Subang, Jawa Barat.

Dari hasil sidak ini, Dedi Mulyadi menemukan fakta pabrik Aqua yang ada di Subang ternyata airnya bersumber dari sumur bor.

Padahal, selama ini Aqua mengklaim airnya berasal dari mata air pegunungan.

Kunjungan Dedi Mulyadi terekam dalam unggahan di kanal KANG DEDI MULYADI CHANNEL di YouTube.

Dalam video tersebut, terlihat KDM tiba di area pabrik dan langsung meminta untuk bertemu dengan pihak pimpinan.

Namun, pertemuan itu tidak bisa dilakukan karena manajemen perusahaan sedang berada di luar untuk menghadiri sebuah acara.

“Kebetulan kepala pabrik yang paling tinggi di sini sama manajernya sedang meeting di luar,” ujar seorang perempuan perwakilan perusahaan.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, KDM tidak langsung meninggalkan lokasi.

Ia kemudian meminta untuk ditunjukkan tempat pengambilan sumber air yang digunakan pabrik Aqua di kawasan itu.

Sambil berjalan menuju area belakang pabrik, KDM tampak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.

Ia menyoroti area yang menurutnya rawan longsor, dan mengaitkannya dengan aktivitas industri di kawasan pegunungan.

Baca juga: PANTAS Suci Berani Kirim Karangan Bunga ke Wisuda Dokter Pelakor, Pendidikannya Tak Main-main

Ia menyebut bahwa kondisi alam di wilayah seperti itu perlu dijaga agar tidak menimbulkan dampak ekologis yang lebih besar.

Saat sampai di titik pengambilan air, KDM tampak terkejut mengetahui bahwa sumber air pabrik bukan berasal dari mata air permukaan, melainkan dari sumur bor dalam.

“Oh ini airnya dibor? Saya kira air permukaan, air dari mata air.

Ternyata bukan dari mata air, tapi dari sumur pompa dalam,” ucap KDM.

Pihak pabrik kemudian menjelaskan bahwa proses pengambilan air dilakukan dengan sistem sumur bor menggunakan teknologi pompa, dengan kedalaman mencapai 100 hingga 130 meter.

Penjelasan itu disampaikan untuk menjawab pertanyaan KDM tentang alasan penggunaan sumur dalam.

“Semua air bawah tanah, Pak. Karena memang kualitas yang paling bagus itu yang paling dalam,” terang seorang staf pabrik.

Dedi Mulyadi tampak mendengarkan penjelasan tersebut dengan saksama.

Namun, ia menyoroti persoalan lain yang menurutnya lebih penting, yakni dampak lingkungan dari aktivitas pengambilan air dalam skala besar.

Ia mengaitkan praktik industri semacam itu dengan perubahan tata air dan munculnya bencana ekologis di wilayah sekitar.

“Dulu daerah seperti Kasomalang Subang tidak pernah banjir, sekarang sering. Ini menandakan ada persoalan lingkungan serius yang harus segera dibenahi,” ujarnya.

Ia kemudian melanjutkan peninjauan hingga ke area belakang pabrik.

Di sana, KDM kembali menyoroti kondisi lahan yang terlihat gundul dan rawan longsor.

Menurutnya, kerusakan alam di kawasan pegunungan tidak bisa dilepaskan dari aktivitas industri, baik akibat penebangan pohon maupun pengambilan air tanah secara berlebihan.

Selain soal lingkungan, KDM juga menyoroti aspek ekonomi dari operasional perusahaan air mineral tersebut.

Ia menyebut bahwa pabrik air minum kemasan memiliki keunggulan besar karena bahan bakunya diambil langsung dari alam tanpa biaya pembelian, berbeda dengan industri lain yang harus membeli bahan dasar untuk produksinya.

“Perusahaan lain seperti pabrik kain, semen, atau otomotif harus beli bahan baku. Tapi perusahaan ini tidak, karena airnya diambil langsung dari alam,” tutur KDM.

Ia juga mengingatkan agar tidak ada praktik manipulasi data mengenai volume air yang diambil dari sumber bawah tanah.

Pemerintah, kata KDM, memiliki kewenangan untuk memastikan seluruh pajak air tanah dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

“Jangan sampai yang diambil sejuta meter kubik, tapi dilaporkan hanya setengahnya,” tegasnya.

Menanggapi temuan itu, pihak pabrik menjelaskan bahwa pengambilan air dari lapisan tanah dalam dilakukan di seluruh titik pabrik Aqua di Jawa Barat.

Mereka beralasan bahwa air bawah tanah memiliki kualitas terbaik untuk diproduksi menjadi air mineral kemasan.

Meski begitu, hasil sidak tersebut tetap menimbulkan perdebatan publik.

Citra air mineral yang selama ini dikenal berasal dari mata air pegunungan kini mulai dipertanyakan, setelah Dedi Mulyadi menemukan bahwa sumber utamanya justru berasal dari sumur bor dalam.

Baca juga: Sebut Nama Bupati Masinton, Bakhtiar Sibarani: Pembangunan Kantor Bupati Sudah Hampir Selesai

Permintaan Aqua

Kini pihak Aqua menilai, konten sidak yang diunggah Dedi di media sosial telah menimbulkan kesalahpahaman dan merugikan reputasi perusahaan karena dinilai mengandung unsur propaganda.

Permintaan tersebut disampaikan langsung kepada Dedi Mulyadi saat ia diundang untuk menjelaskan soal sumber air Aqua selama ini.

Dalam pertemuan itu, pihak Aqua meminta Dedi Mulyadi membantu membersihkan nama baik perusahaan yang sudah dicap miring oleh masyarakat.

"Pak Gub boleh menyangkut masalah air, kemarin kan yang statement di sana kemudian diviralkan dijadikan propaganda yang luar biasa," kata perwakilan pihak Aqua kepada Dedi Mulyadi.

Menurut pihak Aqua, pernyataan Dedi Mulyadi sebelumnya telah merugikan perusahaan karena dianggap menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

"Konsumen jadi bingung karena Kang Dedi bilang 'oh ternyata sumur bor', sangkanya orang kayak ngebor di Bantar Gebang, kayak ngebor di Priok," lanjutnya.

Padahal, lanjutnya, pengeboran yang dimaksud tidak sama seperti sumur bor biasa.

"Kalau boleh ini kan ada timnya, paling tidak ngebor itu kan cara mengeluarkan air," katanya lagi.

Ucapan Dedi Mulyadi soal penggunaan sumur bor oleh Aqua membuat perusahaan itu dicap sebagai pembohong oleh warganet.

Pasalnya, selama ini Aqua mengklaim menggunakan air dari sumber di pegunungan.

Akibatnya, pernyataan Dedi Mulyadi tersebut menjadi viral di media sosial dan membuat pihak Aqua menjadi sasaran hujatan publik.

Artikel ini telah tayang di TribunBengkulu

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved