Polda Sumut

Kisah Kepala Desa Parbuluan 6 Dairi Diserang Picu Warga Ngungsi, Mediasi Polisi Akhiri Ketegangan

Sejumlah warga Parbuluan VI—anak-anak, ibu-ibu, hingga para lansia—berdesakan di GOR Sidikalang, membawa tikar

Editor: Arjuna Bakkara
IST
Sejumlah warga Parbuluan VI—anak-anak, ibu-ibu, hingga para lansia—berdesakan di GOR Sidikalang, membawa tikar, selimut, dan tas seadanya setelah meninggalkan rumah mereka pada malam mencekam. Raut lelah dan cemas masih tampak, terutama pada anak-anak yang menggenggam tangan orang tuanya erat. Namun ketegangan itu kini mereda; polisi telah memediasi dua kelompok yang berseteru, dan situasi di desa dilaporkan kembali kondusif. 

Di hadapan polisi, perangkat desa, dan tokoh masyarakat, dua kelompok yang sebelumnya saling berseberangan akhirnya duduk berhadapan.

Suasana awalnya tegang, namun perlahan melebur. Kelompok Tani Pangihutan Sijabat mengulurkan permintaan maaf kepada Parasian Nadeak dan keluarganya.

Langkah yang tak mudah, namun penting.

Parasian menerimanya. Dengan kepala tegak, tanpa dendam yang menetes dari ucapannya.

“Permintaan maaf saya terima,” katanya. Namun ia menambahkan dengan bijak, “Proses hukum tetap berjalan. Agar semua belajar dan kejadian seperti ini tidak terulang,"tambahnya lagi.

Polres menutup mediasi itu dengan satu pesan menjaga damai lebih berat daripada memulainya. Namun hari itu, warga Parbuluan VI terbukti siap.

“Situasi berjalan aman dan khidmat,” ujar Iptu Limbong. “Semoga tidak ada lagi konflik setelah ini,"kata Limbong berharap.

Kini, setelah gelombang kecemasan berlalu, Parbuluan VI mulai berangsur menemukan ritmenya kembali.

Pengungsi di Gor sidikalang
Sejumlah warga Parbuluan VI—anak-anak, ibu-ibu, hingga para lansia—berdesakan di GOR Sidikalang, membawa tikar, selimut, dan tas seadanya setelah meninggalkan rumah mereka pada malam mencekam. Raut lelah dan cemas masih tampak, terutama pada anak-anak yang menggenggam tangan orang tuanya erat. Namun ketegangan itu kini mereda; polisi telah memediasi dua kelompok yang berseteru, dan situasi di desa dilaporkan kembali kondusif.

Rumah-rumah yang sempat kosong kembali dihuni, dan jalan yang seminggu sebelumnya dipenuhi isu kini kembali pada suara ayam dan angin.

Konflik itu meninggalkan pelajaran bahwa ketegangan sekecil apa pun dapat membesar tanpa kendali, dan bahwa kehadiran aparat yang cepat, adil, dan netral dapat menjadi penyangga penting di tengah masyarakat yang terbelah.

Kisah ini pun menyisakan satu pesan dari Parasian Nadeak, kepala desa yang malam itu hampir kehilangan segalanya namun memilih untuk tetap mengembalikan semuanya ke jalan damai.

“Yang penting kini, warga bisa tenang. Damai itu harus dijaga bersama,"ujarnya.(Jun-tribun-medan.com).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved