Kecelakaan Maut

Teramat Pilu, Begini Kondisi Ida yang Ditinggal Suami dan 2 Anak karena Digilas Truk Maut

Ida masih syok. Air matanya terus menetes. Ia pun belum mau banyak bicara, termasuk kepada anggota keluarganya.

Tribun Medan / Risky
Suasana rumah duka korban tabrakan maut truk trailer, di Jalan Masjid, Kota Medan, Minggu (28/5/2017). Tabrakan maut truk trailer yang mengangkut traktor itu mengakibatkan tiga orang tewas ditabrak saat mengantre lampu lalu lintas menggunakan sepeda motor. (Tribun Medan / Risky) 

TRIBUN-MEDAN.com - MEDAN, Suasana duka menyelimuti kediaman Indrasubahan Purba (44), korban meninggal pada kecelakaan maut di persimpangan Jalan Amal dan Ringroad, Kota Medan.

Pada peristiwa tersebut dua anak Indra, Arisa Salwa boru Purba (13) dan Anas Majid Purba (5) juga meninggal.

Para kerabat tampak berkumpul sembari berbincang-bincang di ruang keluarga.

Sedangkan istri Indra, Ida Paramitha Sari, menjaga anak mereka Afia Zahro boru Purba (10), yang mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Sari Mutiara, Medan.

Baca: Ketua MUI Minta Kasus Rizieq Diungkap Secara Transparan, Begini Alasannya

Baca: Ya Ampun, Saat Digerebek di Spa Ini Ada Terapis yang Bergumul dengan Pelanggan

Baca: Setiap ke Rumah Sakit, Bagian Tubuh Ruben Onsu yang Satu Ini Selalu Dielus-elus Julia Perez

Ida masih syok. Air matanya terus menetes. Ia pun belum mau banyak bicara, termasuk kepada anggota keluarganya.

"Kakak ipar saya sangat terpukul. Dia (Ida Paramitha Sari) masih syok. Air matanya mengalir, namun tidak mau bicara. Dari kemarin, dia belum sanggup ngomong sama keluarga. Dia hanya diam. Kami tengah berupaya mengembalikan keceriaannya kayak dulu," ujar Abdul Aziz Purba (33), adik kandung Indra di kediamannya, Jalan Masjid, Medan Helvetia, Senin (29/5/2017).

Baca: Memilukan, Tangis dan Ciuman Terakhir Ida untuk Suami dan Dua Anaknya yang Jadi Korban Truk Maut

Baca: Tragis, Indra dan Dua Anaknya Tewas Terseret Truk, Keluarga Herankan Kelakuan Sopir

Abdul menceritakan, Ida sedang menemani Afia di rumah sakit. Afia dijadwalkan menjalani operasi penyembuhan patang tulang kaki, Senin, pukul 18.00 WIB.

Sedangkan, sebagian besar keluarga sedang mempersiapkan tahlilan sekaligus acara doa bersama keluarga dan kerabat.

Apalagi, kerabat maupun teman-teman Indra terus berdatangan ke rumah duka.

"Afia belum dapat kabar duka, kalau bapaknya, adiknya dan kakaknya sudah meninggal dunia. Afia sedang dalam tahap penyembuhan. Dokter sampaikan kepada keluarga agar tidak menceritakan kecelakaan itu. Intinya dokter khawatir dia syok," katanya.

Abdul menambahkan, keluarganya masih linglung, karena mendapatkan musibah kecelakaan tersebut.

Ia belum percaya abang dan dua keponakannya sudah meninggal. Sebab, ia masih terus ingat tawa dan canda mereka.

Ia menceritakan, beberapa jam sebelum kecelakaan maut, Minggu lalu, usai Salat Subuh mereka masih bertemu.

Kala itu, dia melihat, Indra jalan-jalan bersama anak-anaknya di seputaran jalan masjid.

Namun, mendadak pada pukul 07.00 WIB, satpam Rumah Sakit Sari Mutiara menyampaikan kabar duka.

"Rasanya masih ketawa-tawa kok, tiba-tiba sudah hilang begini. Kalau emosi tentu saja. Ibaratnya sopir truk itu ugal-ugalan, namun bagaimana lagi. Kami sekeluarga harus ikhlas. Tadi kami berbuka puasa bareng dan salat bersama keluarga mendoakan korban," ujarnya.

Setelah dapat kabar duka dari Satpam Rumah Sakit Sari Mutiara, katanya, keluarga langsung menuju rumah sakit.

Tapi, dia bersama beberapa keluarga lainnya diarahkan ke Rumah Sakit Adam Malik untuk memastikan jenazah.

"Saya rasanya berat melangkah ke ruang jenazah, tapi karena disuruh kasat lantas untuk memastikan wajahnya, jadi saya harus beranikan diri. Saya baca bismillah sehingga hati terasa agak lega, dan berani. Langsung saya lihat beda wajahnya," katanya.

Ia mengungkapkan, kala itu, tidak kuasa menahan air mata, dan membacakan salawat sembari memeluk, mencium jasad Indra.

Apalagi, Indra merupakan abangnya satu-satunya dari tujuh bersaudara.

Selain itu, lanjutnya, hingga kini masih terbayang-bayang wajah Indra sembari mengingat kenang-kenangan saling bercanda.

Bahkan, beberapa saksi mata di kawasan persimpangan Jalan Amal-Jalan Ringroad menceritakan, Anas sempat panggil-panggil ayahnya.

"Saksi cerita kepada saya. Sebelum Anas meninggal, sempat menangis panggil 'Ayah-ayah'. Posisinya, abang saya (Indra) memeluk Anas. Jadi abang saya terkesan melindungi anaknya di bawa kolong truk. Berat sekali rasanya," ujarnya.

Menurutnya, dari rekaman video yang beredar, tidak masuk akal rem truk blong, karena posisi truk awalnya di kanan.

Kemudian, diarahkan ke sebelah kiri dan menabrak para pengendara sepeda motor dari belakang.

"Harusnya diarahkan ke trotoar jalan apalagi posisi awal truk di bagian kanan. Kenapa tidak ada kayak gitu. Saya berharap pihak perusahaan truk itu membiayai pengobatan Afia, keponakan saya sampai sembuh. Saya pengin keponakan saya pulih," katanya.

Baca: Aneh tapi Nyata, Sejoli Ini Menikah Tanpa Busana, Keluarga Menolak Hadir

Baca: Astaga, Gara-gara Kecanduan Seks, Wanita Ini Nekat Cari Pria Tiap Istirahat Kantor

Ia berharap, pemerintah dan perusahaan truk pengangkut alat berat tersebut bertanggung jawab.

Artinya, menjamin pengobatan Afia hingga pulih, agar Afia kembali ceria, dan dapat bermain-main dengan teman-temannya.

Sedangkan, Arrinal Purba (14) anak pertama Indras dan Ida menceritakan, enggak ikut jalan-jalan bersama keluarga, lantaran bermain bersama teman-temannya.

"Saya enggak ikut, karena masih bermain sama teman. Selama ini Bapak memang selalu bawa anak-anaknya jalan-jalan. Pada umumnya setiap Selasa dan Rabu, Bapak bawa adek jalan-jalan. Jadi, kemarin adek yang ajak Bapak jalan-jalan usai Salat Subuh," ujarnya.

Ia mengungkapkan, bapaknya kerap membawa anak-anaknya lari pagi bersama di berbagai lokasi.

Bahkan, ia selalu bercanda-canda kalau di rumah. Jadi, ia sangat dekat dengan ayahnya dan ketiga adiknya.

"Ayah selalu nurutin permintaan anak-anaknya yang pengin jalan-jalan. Misalnya malam-malam gini, mau tidur, nanti bawa adek-adek jalan-jalan naik kereta (sepeda motor). Saya kepikiran Bapak terus, rasanya ada kurang," katanya.

Ia menurutkan, usai melihat pemakaman ayah, dan kedua adiknya, merasa kurang tenang. Ia masih terbayang wajah ayahnya. Ia pun mengaku, tidak berani dalam rumah sendirian, dan meneteskan air mata bila melihat pakaian ayahnya.

"Saya enggak beranai melihat baju Bapak dan pakaian adek. Mau melangkah ke rumah juga enggak berani. Tadi ambil baju Afia jadi merinding, saat masuk ke kamar. Ada rasa sedih. Masih ada rasa sedih, dan kehilangan. Rasanya enggak percaya tiba-tiba begini," ungkapnya.

(tio/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved