Kapal Tenggelam
Derai Air Mata, Menjerit dan Pingsan Mewarnai Hari Penutupan Pencarian Korban KM Sinar Bangun
Suasana semakin pilu, tat kala para keluarga memanggil nama para korban dari tepian Danau Toba.
Penulis: Arjuna Bakkara |
Duduk dan berdoa secara kelompok juga masih mereka lakukan sambil bersila menghdap danau. Berkali-kali menyeru nama yang mereka sayangi.
Pingsan dimana-mana menjadi pemandangan biasa pada hari terakhir dan penutupan pencarian itu.
Keluarga korban tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun jatuh pingsan saat mengikuti kebaktian dan doa bersama di tepi Pelabuhan Tigaras. Hingga mendapat perawatan, dan bantuan oksigen serta dibimbing untuk bernapas secara normal barulah mereka sadar dan normal.
Ketika hari semakin sore, Ibu berusia 56 menatap danau dan terus menangis. Perempuan bernama Rohyati Siregar tersebut adalah ibu kandung korban, Anggi Rohim Pandiangan (21) Warga Bawal, Belawan.
Kepada Tribun, Rohyati bercerita sebelum anak bungsunya pergi untuk selamanya sekitar pukul 5 sore pada hari kejadian itu masih sempat berkomunikasi. Berjanji pulang dan akan bertemu di Sipiso-piso sambil merayakan libur lebaran bersama sanak family yang datang dari daera perantauan.
"Itulah kabar terakhir. Dia masih sempat bertelepon ke kakanya ngabari udah di kapal. Dia ngejar saya ke Sipiso-piso utntuk libur lebaran,"ujarnya lalu menagis.
Baca: Ratna Sarumpaet Sebutkan Dampak Buruk bagi Dunia Pariwisata, hingga Minta Luhut Nyebur ke Danau Toba
Baca: Keluarga Korban KM Sinar Bangun Histeris saat Prosesi Pembangunan Monumen Kenangan
Baca: Pencarian Resmi Dihentikan, Ibu Korban Siti Arbiah Menangis Histeris: Anak Saya Lah, Ya Allah
Baca: Istri Pj Gubernur Eko Subowo: Sumatera Utara Orangnya Keras tapi Hatinya Lembut
Rohmayati, ibu anak itu dituntun anaknya Rahmayani yang merupakan kakak korban. Langkah demi langkah terlihat berat ia lalui. Torehan matanya selalu menghadap Danau Toba yang sudah dia tunggui selama 2 minggu dalam pencarian.
"Sudahlah mak e. Biarlah tenang dia. Berdoankita mak e,"ucap Rahmayani membujuk ibunya agar naik ke mobil.
Rahmayani berharap, tidak puas atas hasil pencarian. Namun, dia bepajar iklas atas apa yang terjadi. Terkait monumen, dia berharap menjadi peringatan bagi pelaku transportasi air, pemerintah dan instansi lainnnya tidak ceroboh dan tamak.
(cr1/tribunmedan.com)
