Ikan Raksasa 3 Meter Ditemukan Mati, Warga Ambon Kaitkan dengan Hoaks Gempa Dahsyat 9 Oktober

Ini pertanda akan terjadi sesuatu dan sebagainya, karena katanya di Ambon itu sebelum gempa juga sebelumnya ikan jenis ini terdampar juga di pantai.

Editor: Tariden Turnip
Istimewa
Ikan Raksasa 3 Meter Ditemukan Mati, Warga Ambon Kaitkan dengan Hoaks Gempa Dahsyat 9 Oktober. Ikan raksasa Mola-mola ditemukan mati di Maluku 

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo, Senin (7/10/2019) pagi.

Melihat frekuensi kegempaan, guncangan dari hari ke hari cenderung menunjukkan penurunan.

Data BPBD Provinsi Maluku per 6 Oktober 2019, pukul 18.00 WIT mencatat, total penyintas berjumlah 134.600 jiwa.

Rinciannya, Kabupaten Maluku Tengah 90.833 jiwa, Seram Bagian Barat 37.787 dan Kota Ambon 5.980.

Sementara itu, korban meninggal dunia berjumlah 37 jiwa.

“Sebaran titik penyintas tidak terfokus pada kelompok-kelompok besar sehingga menyulitkan tenaga personel kesehatan dalam memberikan pelayanan medis,” kata Agus.

Petugas medis seperti dokter umum, bidan, perawat, dan apoteker juga masih sangat dibutuhkan keberadaannya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan pascabencana.

Sementara itu, jumlah kerusakan rumah mencapai 6.344 unit dengan tingkat kerusakan berbeda di beberapa wilayah.

Penanganan darurat untuk masyarakat di wilayah Ambon dan sekitarnya akan berlangsung hingga Rabu (9/10/2019) mendatang.

SEBELUM GEMPA RIBUAN IKAN MATI

Sebelumnya ribuan ekor ikan ditemukan terdampar dalam keadaan mati di beberapa pantai di sejumlah desa di Pulau Ambon seperti Desa Rotung dan Desa Hukrila, Kecamatan Leitimur Selatan sejak Sabtu (14/9/2019).

Bukan hanya ikan, sejumlah biota laut juga ikut mati secara misterius dalam beberapa hari terakhir.

Berikut fakta ribuan ikan mati mendadak di pesisir Pantai Ambon 1. Terbanyak jenis ikan karang

Edi, warga Rutong mengatakan ikan-ikan yang terdampar di pesisir pantai kebanyakan adalah jenis ikan karang.

“Kalau saya tidak tahu persis kapan terdampar, tapi sudah beberapa hari terakhir ini,” ujar dia.

Sementara Yohanes, warga Desa Hukurila menyebut ikan yang mati adalah jenis ikan batu-batu.

Selain di Desa Rotung dan Desa Hukrila, bangkai ikan juga banyak ditemukan di pesisir. Desa Waai.

Ratusan ikan mendadak mati terdampar di pantai Desa Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, Ambon, Minggu (15/9/2019) Foto Waty Thenu.
Ratusan ikan mendadak mati terdampar di pantai Desa Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, Ambon, Minggu (15/9/2019) Foto Waty Thenu. (KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY)

Menurut Yohanes kejadian matinya ribuan ikan di pantai dekat desanya sudah terjadi sejak tiga hari terakhir.

“Kejadian ini sudah sekitar tiga hari lalu, kami khawatir saja tiba-tiba ada banyak ikan yang terdampar di pantai,” kata Yohanes, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/9/2019) malam.

Warga pun tidak ada yang berani mengambil ikan tersebut untuk dikonsumsi karena takut ikan tersebut mengandung racun.

Tak sedikit masyarakat yang mengaitkan fenomena ini dengan pertanda alam akan terjadi gempa besar dan tsunami.

Alhasil banyak warga termakan kabar bohong tersebut dan beberapa warga sudah mengungsi lantaran takut akan terjadi tsunami.

Menanggapi hal ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Selama ini belum pernah ada peristiwa gempa besar dan memicu tsunami yang didahului oleh matinya ikan secara massal," kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG kepada Kompas.com, Senin (16/9/2019).

Dia mengatakan, tidak ada dalam ilmu gempa menjadikan ikan mati sebagai precursor gempa dan tsunami.

"Kematian ikan secara massal dipastikan oleh sebab lain," tegas Daryono.

Daryono melanjutkan, selama ini kasus kematian ikan secara massal dapat diakibatkan oleh adanya ledakan, keracunan, atau faktor lingkungan yang mengakibatkan ikan mati.

"Saat ini pihak terkait sedang melakukan investigasi untuk mencari sebab matinya ikan-ikan di Pantai Ambon, untuk itu kita tunggu saja hasilnya," ucap Daryono.

Namun begitu, Daryono kembali mengingatkan bahwa peristiwa matinya ikan secara masal ini bukan pertanda akan terjadi gempa dan tsunami.

Selain itu, saat ini aktivitas kegempaan di Ambon dan sekitarnya sedang dalam keadaan normal dan tidak tampak adanya aktivitas yang mencolok.

Oleh sebab itu, masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap tenang.

"Merebaknya isu akan terjadi gempa dan tsunami ini bersumber dari berkembangnya isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, sementara yang mengembangkan isu ini juga tidak mengetahui asal usul penyebabnya secara pasti," imbuh Daryono.

Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Ambon memastikan ribuan ikan yang mati terdampar di sejumlah pantai di Pulau Ambon tidak ada kaitannya dengan ledakan bawah laut baik karena aktivitas vulkanik maupun aktivitas bom ikan.

Kepala LIPI Ambon, Nugroho Dwi Hananto menegaskan dari hasil penelitian yang dilakukan pihaknya, tidak ada fakta ilmiah yang membuktikan jika ikan-ikan tersebut mati mendadak karena terdampak ledakan di bawah laut.

“Hasil dari Lipi kan tadi sudah dipaparkan, kita tidak melihat adanya efek pengeboman di ikan,”kata Nugroho kepada wartawan seusai memimpin rapat bersama instansi terkait di kantor LIPI Ambon, Kamis (19/9/2019).

Dia menjelaskan dari hasil penelitian yang dilakukan, pihaknya tidak menemukan adanya fakta bahwa telah terjadi ledakan di bawah laut baik yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik maupun karena aktivitas bom ikan.

“Kalau ledakan di bawah laut itu kan tidak ada laporan, hasil penelitian juga kita tidak melihat bukti adanya ledakan nah kalau ada efek belerang dan sebagainya pasti dapat dilihat pada ikannya, tapi kita belum sampai k esana,”bebernya.

Faktor penyebab Dia mengatakan sebelumnya pihaknya juga memiliki hipotesa jika ada sejumlah faktor yang bisa menjadi penyebab matinya ribuan ekor ikan secara misterius itu.

Pertama, kata Nugroho ikan-ikan tersebut mati karena ledakan di bawah laut.

Kedua karena tercemari racun.

Ketiga karena terkena bom ikan.

Keempat karena tercemari limbah kapal dan terakhir karena perubahan suhu pada air.

“Jadi semuanya kita menduga-duga ya, ini sebenarnya pada saat awal kita juga punya hipotesa jadi ikan mati itu tidak serta merta mati begitu saja,” katanya.

Terkait adanya dugaan ikan-ikan tersebut mati karena adanya aktivitas ledakan di bawah laut, Nugroho kembali menegaskan bahwa jika hal tersebut benar terjadi, seharusnya dari hasil penelitian dan uji laboratorium semua hal itu ditemukan.

Namun faktanya pihaknya tidak menemukan adanya gejala ikan-ikan itu mati karena ledakan di bawah laut.

Dia pun menyebut jika kesimpulan adanya ledakan di bawah laut baik karena aktivitas vulkanik maupun aktivitas bom ikan dengan sendirinya gugur.

“Kalau getaran bawah laut menghasilkan belerang dan sebagainya cuma berdasarkan penelitian yang dilakukan kita belum melihat adanya hal tersebut," katanya.

"Memang kalau di darat kita bisa melihat ada aktivitas geotermal atau panas bumi karena belerang dan sebagainya cuma kita belum bisa lihat buktinya. Boleh jadi nanti kalau kita punya peralatan itu yang lebih canggih kita bisa berikan hasil yang komprehensif."

Ikan Raksasa 3 Meter Ditemukan Mati, Warga Ambon Kaitkan dengan Hoaks Gempa Dahsyat 9 Oktober  

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Heboh, 2 Ikan Mola-mola "Raksasa" Mati Terdampar di Pulau Buru dan Seram Barat"
Penulis : Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved