Wawancara Eksklusif
Djarot Ungkap Pemimpin Harus Membumi, Senang Gebrakan Bobby hingga Konsolidasi PDI-P di Sumut
jarak antara pemimpin dan rakyat itu harus dekat, tidak boleh jauh. Semakin jauh, maka semakin kita sulit untuk bisa memastikan bahwa
Penulis: Angel aginta sembiring |
T : Pada Pilkada serentak kemarin, dari 23 daerah di Sumut yang menggelar pilkada, 12 daerah dimenangkan orang nomor satunya dari PDIP, di antaranya yang besar itu adalah Medan, ada Pematangsiantar, Toba, Pakpak Barat, Humbang Hasundutan, Serdang Bedagai, Nias. Apakah ini sudah sesuai dengan target PDIP Perjuangan pada Pilkada 2020 kemarin?
D : Kita ini sebetulnya waktu itu targetnya paling tidak 50 persenlah, kalau lewat Alhamdulillah, tapi bukan hanya sekedar itu kan, bukan sekedar untuk menang.
Setelah menang itu, mau diapain gitu ya, kalau sekedar menang saja siap itu selesai. Oleh sebab itu, PDI Perjuangan itu proses rekrutmen, proses kandidasi itu sangat ketat, selektif dan panjang. Contoh pada pemilu pilkada 2020, proses kandidasinya itu mulai 2019, satu tahun sebelumnya, itu dari bawah. Kemudian setelah itu di fit and proper, diwawancarai, diusulkan dari bawah, ketemu, psikotest sampai nanti diambil keputusan. Siapa kandidat yang akan diajukan, nanti setelah itu disekolahkan. Maka kita ada sekolah praktek, sekolah praktek untuk calon Kepala Daerah, semuanya, dan semuanya diusung oleh PDI Perjuangan selama dua sampai tiga hari. Satu berkampanye dan seterusnya. Kenapa? Kita harus pastikan betul bahwa yang diusung itu mempunyai kompetensi, mempunyai kapasitas, mempunyai integritas, mempunyai visi yang penting, mempunyai visi dan misi, sesuai dengan visi dan misi Indonesia Merdeka. Sesuai dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Sehingga ada kesinambungan, ada konsistensi apa yang menjadi visi misi Pemerintah pusat itu harus sama dengan visi misi di daerah. Dengan cara itu, maka pembangunan itu bisa sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini yang kita tanamkan terlebih dahulu, oleh karena itu visi misi setiap kandidat dari PDI Perjuangan, kita akan review. Karena itu bidang saya sebagai bidang ideologi dan kaderisasi. Kita akan review visi dan programnya apakah sesuai dengan visi misi Indonesia Merdeka. Bagaimana kita bisa membangun Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bagaimana kita bisa mewujudkan tujuan Negara, 4 misi itu.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan tanah tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan perdamaian ketertiban dunia. Ini kita baru rumuskan dalam program, makanya prosesnya sangat panjang, supaya apa? visi misi Kepala Daerah itulah yang menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), jadi jangan asal-asalan kamu bisa bikin visi misi, harus bener ini.
Yang kedua, visi misi dan program itu adalah kontrak, ketika misalnya terpilih, saya laksanakan ini loh tawaran kepada masyarakat, kontrak politik kepada masyarakat untuk dilaksanakan. Maka dari pada itu, betul-betul kita sangat selektif untuk betul-betul bisa menjalin, bisa menetapkan pasangan calon Kepala Daerah ini.
Apalagi Wali Kota Medan ini ya, mas Bobby ini saya bilang sama dia, visi misinya, Medan ini kita juga review loh. Dan mas Bobby tetap sekolah partai, mas Aulia juga mengikuti sekolah partai. Kita review semuanya, supaya dicek betul bener gak. Jadi tidak ada misalnya ini anaknya ini, ini mantunya ini, no, semuanya sama.
T : Berarti tidak privilege atau keistimewaan ya?
D : Tidak ada
T : Selain sukses di 12 daerah tadi, ada juga PDIP gagal di Samosir dan Karo. Dan itu kayaknya sempat ke MA. Ini apa kira-kira penyebab kegagalannya sebagai bahan evaluasi?
D : Bahan evaluasi kita itu satu, konsolidasi partai kurang betul-betul maksimal. Yang kedua soal money politic di Karo dan Samosir, jadi dengan pilkada secara langsung seperti ini, salah satu masalahnya adalah politik uang, ini bisa gila-gilaan, alokasi uang itu bisa dinilai itu bisa sampai puluhan juta hingga ratusan juta. Nah kalau misalnya jadi dengan biaya politik yang sedemikian besar, mau jadi apa daerah kita? Ini juga menjadi cakapan kita, karena saya di Komisi II, janganlah nanti didalam pilkada itu kita hanya terpaku kepada aspek-aspek prosedural. Demokrasi prosedural, tetapi kita harus dorong menjadi demokrasi substansial.
Oleh sebab itu penyelenggara pemilu ini harus sehat dulu nih, betul-betul tidak bisa disuap, betul-betul tegas, no money politic. Penyelenggara harus berani, demikian juga aparat TNI, Polri, Kejaksaan, ini harus berani. Supaya betul-betul Pilkada yang membutuhkan biaya sampai triliunan rupiah itu mampu menghasilkan pemimpin yang bagus, yang berintegritas, yang bisa kerja. Inilah yang menjadi tantangan kita bagaimana kedepan kita harus memerangi sistem pemilu kita yang sangat mahal ini, merancang peraturan yang sangat ketat.
Saya ini bukan pengamat, saya ini pelaku. Jadi paham, saya pernah dicalonkan di DKI Jakarta bersama pak Ahok dan saya juga pernah di Sumatra Utara bersama dengan Sihar. Jadi saya paham, inilah sebetulnya penyakit kita. Makanya saya tidak heran kalau banyak kepala daerah terpilih lebih dari 50 persen itu masuk penjara. Biayanya sangat mahal, tantangan kita ini harus dijawab ke depan. Makanya saya bilang hati-hati, karena sistem yang liberal ini itu juga mempunyai banyak dampak negatif yang harus kita jawab, kita harus atasi. Demokrasi ini kan bukan tujuan, hanya sarana alat untuk bisa melahirkan orang yang baik, intergritas, bisa dipercaya.
T : Tadi kan sudah bapak sempat menyinggug masalah mas Bobby yang di Pilkada, salah satu kemarin yang paling menyita perhatian itu Pilkada Medan. Pilkada Medan itu selain mas Bobby menantunya pak Jokowi, tanda kutipnya kan lawannya orang PDIP. Dalam hal itu bagaimana kemarin PDI Perjuangan sampai memutuskan sosok Bobby itulah yang menjadi calon pemimpin di Kota Medan?
D : Begini, partai kita semua kan punya evaluasi. Evaluasi terhadap kepemimpinan seseorang, evaluasi terhadap arah pembangunan satu kota. Kita evaluasi di Medan ini bagaimana pembangunan. Kedua dari aspek hukum, di Medan ini mohon maaf, identik dengan kepala daerah yang kena kasus. beberapa kepala daerah yang kena kasus. Ketiga, kita juga harus lihat bagaimana potensi. Potensi Kota Medan yang sangat luar biasa dan potensi kandidat. Maka kita harus mengambil keputusan ini butuh penyegaran. Penyegaran dari aspek baik pemikiran, inovasi, trobosan. Kita butuh tokoh yang fresh. Yang punya idealisme dan semangat yang bisa membenahi Medan, yang mohon maaf di masa lalu belum ada pembenahan. Saya udah ke banyak kota-kota besar di Indonesia, salah satu yang tertinggal itu adalah Kota Medan. Coba kamu bandingkan dengan Surabaya, Semarang, Palembang yang masih di Sumatera, jauh tertinggal.
Makanya saya bilang waktu itu kita harus ambil tokoh muda, selama kita ambil keputusan itu, kita tidak pernah misalnya berpikir ini siapa, ini mantunya siapa, semuanya mempunyai hak dan kesempatan yang sama. Makanya kita ambil mas Bobby.
T : Sekarang kan sudah ada beberapa gebrakannya (Bobby) seperti Kesawan City Walk, Kitchen of Asia. Kemarin juga Bobby meninjau dengan sang istri ke daerah banjir. Menurut pak Djarot, bagaimana kira-kira gebrakannya ini pak?