TERNYATA Ada 4 Alasan Mengapa Papua Selalu Bergejolak, Referendum Tahun 1960 Salah Satu Alasannya
Dalam beberapa minggu terakhir ini misalnya, kekerasan yang dilakukan oleh KKB Papua atas pembunuhan prajurit TNI dan masyarakat sipil.
"Kalau disepakati KKB ini kriminal murni meski tak ada bukti, tapi nyatanya mereka adalah kelompok sparatis yang ingin keluar dari NKRI, kenapa harus dilakukan pengekangan hukum secara masiv," imbuhnya.
Hasanuddin juga mengatakan BIN seharusnya tidak ikut campur ranah pertempuran, cukup menjalankan misi Intelijen saja.
Sementara itu, ada beberapa solusi yang mungkin bisa dilakukan untuk membuat Papua lebih baik menurut Hasanuddin.
Solusinya adalah pendekatan kesejahteraan dan keamanan.
Kemudian, pembangunan beberapa sarana dan prasarana seperti, sekolah, infrastruktur, jalan tol, sarana komunikasi dan pasar-pasar.
Tapi, menurutnya ini sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi dan tetap melakukan perbaikan di setiap lini di wilayah Papua.
Jalan Trans Papua saat baru dibuka.(Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)
Jalan Trans Papua setelah selesai dikerjakan (Djoko Setijowarno)
SOSOK Senaf Soll, salah satu bos Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua merupakan mantan anggota TNI.
Dikenal kejam, Senaf Soll baru-baru ini melakukan serangan yang menewaskan dua prajurit TNI.
Kini Senaf Soll adalah pembelot negara karena telah bergabung dengan KKB Papua yang telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah.
Aksi teror KKB Papua memang kejam dan sulit dimaafkan, sudah banyak pihak diresahkan dengan aksinya.
Termasuk pembunuhan atas dua prajurit TNI pada Selasa (18/5/2021) pada pekan lalu, yang diyakini merupakan kelompok Senaf Soll.
Dari laporan pembunuhan itu dilakukan oleh anak buah Senaf Soll.
Terungkap sosok Senaf Soll, bos Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang dikenal kejam ternyata merupakan mantan anggota TNI. (Istimewa)
Sejak dirinya keluar dari instansi TNI, Senaf Soll justru memiliki perilaku yang kejam, setelah bergabung menjadi anggota KKB Papua.
Aksi pembunuhan dua prajurit TNI itu dilakukan di wilayah Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua.
Keduanya saat itu sedang bertugas menjaga pembangunan Bandara Nol Goliat, Dekai, menurut laporan pihak kepolisian.
