Medan Memilih

Jumlah Golput di Kota Medan Melebihi Suara Bobby Nasution dan Aulia Rachman dalam Pilkada 2020

Suara golput atau golongan putih di Kota Medan lebih tinggi ketimbang suara pemilih Bobby Nasution dan Aulia Rachman pada Pilkada 2020

Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Array A Argus
INTERNET
Ilustrasi angka golput di Kota Medan 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan menyebut bahwa angka golput atau orang yang tidak memilih pada Pilkada 2020 lalu jumlahnya lebih tinggi dari angka pemilih Bobby Nasution dan Aulia Rachman.

Pada Pilkada 2020 lalu, ada 54 persen atau sekitar 886.964 dari 1.635. 846 jumlah suara pemilih yang tidak menyalurkan hak politiknya. 

Berdasarkan rekapitulasi KPU Medan, Bobby-Aulia memperoleh 393.327 suara atau 53,45 persen dari suara sah.

Komisioner Data dan Informasi KPU Medan, Nana Miranti tak menampik beratnya meningkatkan partisipasi pemilih saat Pilkada Kota Medan. 

Baca juga: KPU Medan Catat 83 Bacaleg Tidak Memenuhi Syarat, Paling Banyak dari Partai Garuda dan PBB

"Iya memang jika melihat kondisi yang ada cukup berat, apalagi saat pemilihan kepala daerah, karena jumlah golput sangat tinggi. Meski setiap pemilihan trennya mengalami penurunan," kata Nana kepada Tribun Medan, Jumat (11/8/2023). 

Nana mengungkapkan, pada Pemilu tahun depan KPU Medan telah menetapkan jumlah pemilih Medan sebanyak 1,8 juta. 

Dari jumlah tersebut, lebih dari 50 persen merupakan pemilih muda yang berusia 17 hingga 40 tahun. 

Besarnya jumlah pemilih muda pun menjadi tantangan tersendiri.

Menurutnya, karakter pemilih muda perlu disentuh agar mau memberikan hak suaranya. 

Baca juga: Unjuk Rasa ke Kantor Bupati Karo, Warga Mbal-Mbal Petarum Ancam Golput di Pemilu 2024

"Saat ini jumlah DPT kita itu ada 1,8 juta dan lebih dari setengah itu pemuda dalam hal ini usia 17 sampai 40 tahun. Ya sebenarnya ini tantangan sekaligus peluang juga buat kami di KPU, " katanya. 

Menurut Nana, besarnya jumlah golput tidak hanya bisa dititi beratkan kepada KPU karena ini adalah tanggungjawab bersama penyelenggaraan Pemilu.

Dia mengatakan, banyak faktor yang melatarbelakangi tinggi jumlah orang tidak mau milih. 

Pertama soal sosok tokoh yang diusung oleh Partai Politik di Pilkada.

Nana menilai sosok calon pemimpin berpengaruh besar terhadap keinginan warga untuk menberikan suaranya. 

Baca juga: Lurah Sari Rejo Akui Minta Duit Rp 200 Ribu Tiap Bulan ke Pengemudi Becak Sampah

Di sisi lain, warga yang apatis terhadap politik, merasa Pemilu tidak penting karena tak dapat merubah situasi yang ada. 

"Jadi mengenai golput tidak bisa dilihat dari satu sisi karena penyebabnya beragam sekali. Termasuk ekonomi, hukum dan sebagainya. Dan ini yang terus kami coba kejar bagaimana partisipasi pemilih terus meningkat," sambung Nana. 

Meski jumlah partisipasi tahun 2020 rendah, Nana bilang angka golput jauh lebih tinggi pada Pilkada tahun 2015 lalu yang mencapai 74 persen di Medan. 

Hal itu sebut Nana membuktikan ada peningkatan partisipasi pemilih di Kota Medan.

Baca juga: Profesor UINSU Terseret Kasus Dugaan Mafia Tanah, Pasrah Uang Rp 80 Juta Raib Beli Lahan Eks PTPN II

KPU Medan sebut dia terus berusaha untuk menekan jumlah golput dengan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. 

Meski begitu KPU Medan belum berani memasang target jumlah partisipasi pemilih tahun depan.

Nana berujar, KPU saat ini masih fokus melaksanakan tahapan Pileg yang masih berlangsung. 

"Kita masih terus sosialisasi, agar jumlah pemilih terus naik. Kalau untuk terget suara Pileg kita ikut nasional  yakni sekitar 79,5 persen secara nasional. Kalau untuk Pilkada kita belum tentukan target ya, karena memang tatapan juga belum berjalan," tutup Nana.(cr17/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved