Viral Medsos

10 Korban Longsor dan Banjir Bandang Simangulampe Humbahas Belum Juga Ditemukan, Ini Kata BNPB

10 korban longsor dan banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumut, belum ditemukan.

Editor: AbdiTumanggor
TRIBUN-MEDAN.com/Maurits Pardosi
Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor bersama dengan Kepala BNPB Suharyanto sambangi lokasi banjir dan longsor di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Senin (4/12/2023). Dari 12 orang yang dinyatakan hilang, dua diantaranya sudah ditemukan. Alat berat masih terus bekerja membersihkan material bebatuan di lokasi 

Ia berharap, pihak APH harus tegas menyelidiki dugaan pembalakan hutan tersebut. Ia juga menegaskan, Presiden RI Joko Widodo telah memberikan bantuan sangat besar bagi pengembangan destinasi pariwisata di kawasan Danau Toba.

Menurutnya, penebangan hutan yang terjadi setiap harinya berdampak bagi masyarakat sekitar. “Perlu ada ketegasanlah. Pak Jokowi sudah mengeluarkan anggaran begitu besar untuk Danau Toba. Tapi alamnya rusak, ya pastilah kami pemerintah di daerah serius juga. Faktanya, penebangan itu hampir tiap hari terjadi dan tiap malam,” sambungnya.

“Dan siapa pelakunya, kita tidak tahu juga karena kita tidak aparat. Kita tidak bisa menindak karena kita bukan aparat,” sambungnya.

Ia juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta pihak pemerintah propinsi Sumatera Utara terjun ke lokasi melihat penyebab terjadinya banjir dan longsor. Pasalnya, dampak kejadian luar biasa bagi masyarakat sekitar.

Hingga saat ini, proses evakuasi dan pembersihan material longsoran masih berlangsung. Belasan alat berat telah diterjunkan.

“Kita berharap LHK, dari propinsi, serta kita sebagai masyarakat. Yang pasti, pelaku ini dari Masyarakat sekitar juga. Tidak mungkin dari daerah lain juga. Karena dampaknya luar biasa mengerikan,” pungkasnya.

Sejumlah alat berat berada di lokasi banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Senin (4/12/2023). Sejumlah warga sekitar dan keluarga korban juga menyaksikan proses pencarian orang hilang dan pembersihan material longsoran.
Sejumlah alat berat berada di lokasi banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Senin (4/12/2023). Sejumlah warga sekitar dan keluarga korban juga menyaksikan proses pencarian orang hilang dan pembersihan material longsoran. (TRIBUN MEDAN/ MAURITS PARDOSI)

Baca juga: KORBAN BANJIR BANDANG, Si Anak Tunggal Sartika Simanjuntak dan Ceria Banjarnahor Belum Ditemukan

Anjing Pelacak dan Penyelam Dikerahkan Bantu Operasi SAR

Dikutip dari BNPB, operasi Search and Rescue (SAR) atau pencarian dan pertolongan terhadap 10 warga yang masih dinyatakan hilang atas peristiwa banjir bandang dan tanah longsor di Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, terus dilanjutkan.

Dalam operasi SAR itu, posko induk yang berada di bawah komando Basarnas telah membagi tiga sektor wilayah pencarian. Sektor pertama adalah di wilayah perairan Danau Toba, sektor kedua di sisi kiri jalan ke arah pesisir Danau Toba dan yang ketiga sisi kanan jalan menuju ke hulu.

Adapun selain mengerahkan 14 alat berat, penyisiran SAR darat sektor satu dan dua juga melibatkan anjing pelacak dari unit K-9 SAR Direktorat Samapta Polda Sumatera Utara. Anjing pelacak jenis Labrador Retriver ini sudah diperbantukan sejak hari pertama pascakejadian atau Sabtu (2/12/2023) lalu.

Selama tiga hari, anjing bernama Trusco itu terus menyisir tiap sisi di sektor dua maupun tiga, baik di wilayah kanan maupun kiri jalan ke arah pesisir Danau Toba, termasuk jika ada laporan kehilangan dari salah satu kerabat yang masih dinyatakan hilang. “Kami datang Sabtu (2/12/2023). Sudah tiga hari di sini untuk membantu operasi SAR,” ujar Briptu Rio Tarigan, Tim K-9 SAR Direktorat Samapta Polda Sumut.

Adapun kendala yang dialami dalam operasi SAR menggunakan anjing pelacak ini adalah banyaknya bebatuan besar yang kemudian dapat mengurangi kemampuan satwa pendeteksi ini dalam mengendus keberadaan jasad seseorang. “Kendalanya banyak batu besar sehingga satwa pendeteksi ini kehilangan kemampuan dalam melacak keberadaan jasad korban,” jelas Briptu Rio Tarigan.

Tim SAR gabungan saat mengevakuasi korban longsor dan banjir bandang di Humbahas bernama Tiamin Sinambela (78) dari balik bebatuan, Senin (4/12/2023). Penemuan ini tepat di hari ke tiga pasca kejadian.
Tim SAR gabungan saat mengevakuasi korban longsor dan banjir bandang di Humbahas bernama Tiamin Sinambela (78) dari balik bebatuan, Senin (4/12/2023). Penemuan ini tepat di hari ke tiga pasca kejadian. (Basarnas)

Tim Penyelam

Di sisi lain, tim operasi SAR juga menurunkan tim penyelam khusus dari Basarnas Special Group dan dibantu Aquaeye untuk menyisir sektor satu perairan di dasar Danau Toba. Sedangkan penyisiran di atas perairan dilakukan oleh BPBD, Basarnas, TNI dan Brimob menggunakan perahu karet.

Kepala Basarnas Sumatera Utara, Budiono mengatakan, alasan dibentuknya tim SAR sektor perairan adalah mengingat korban pertama musibah yang terjadi pada Jumat (1/12/2023) pukul 19.47 itu ditemukan di dekat perairan. Dengan temuan itu, pihaknya menyatakan bahwa ada kemungkinan jasad korban terbawa hanyut oleh banjir bandang hingga masuk ke wilayah perairan Danau Toba yang memang tak jauh dari lokasi terdampak. “Korban yang pertama juga ditemukan di perairan. Jadi ada kemungkinan bahwa ada korban lain tidak jauh dari lokasi itu,” jelas Budiono.

Dalam rapat evaluasi operasi pencarian dan pertolongan yang dilakukan antara Basarnas, TNI, Polri, BPBD dan Dinas PUPR di Posko Darurat, Kepala Basarnas menyampaikan bahwa seluruh operasi SAR sampai saat ini belum membuahkan hasil. Maka dari itu data korban meninggal dunia sementara masih 2 orang dan yang hilang 10 orang. “Penyisiran air masih nihil. Untuk alat berat juga masih belum berhasil menemukan warga yang masih hilang di hari keempat ini,” jelas Budiono.

Lebih lanjut, Budiono mengatakan, tim SAR gabungan akan kembali melanjutkan penyisiran esok hari dengan catatan apabila cuaca mendukung seperti dua hari sebelumnya. Jika kemudian cuaca esok hari tidak memungkinkan, maka operasi SAR harus dihentikan. Khusus untuk operasi SAR penyelam, pada esok hari akan datang dukungan personel dari Polairud. Dengan dukungan itu diharapkan upaya SAR dapat lebih maksimal dan membuahkan hasil. “Besok Polairud akan datang membantu melanjutkan penyisiran di sektor satu. Tim Aquaeye juga akan bergabung besok,” ungkapnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved