Berita Viral
PENJELASAN Dokter Soal Bocah SD di Palembang Pulang Dengan Mata Merah dan Lebam
Bocah SD F (7) yang mengalami mata merah dan lebam sedang diselidiki polisi.
TRIBUN-MEDAN.com - Bocah SD F (7) yang mengalami mata merah dan lebam sedang diselidiki polisi.
F sempat diduga dipukul di sekolah. F merupakan bocah kelas 2 di SDN 150 Palembang.
Kasus ini menuai perhatian publik.
Dokter spesialis mata Rumah Sakit Fatimah dan RSMH dr Riani Erna SpMK memberikan tanggapan.
Menurutnya, jika dilihat dari perspektif dokter, ia menyebut bahwa F bukan korban kekerasan pemukulan di sekolah.
Hal tersebut didasari karena dari penuturan gurunya tidak ada tindak kekerasan.
Selain itu juga jika ada kekerasan pada mata maka umumnya hanya di satu mata saja bukan kedua matanya.
Riani menjelaskan, jikapun kedua matanya mengalami cedera, bisa saja sang anak jatuh dan bukan karena efek pukulan.
"Menurut perspektif dokter, mata merah dan bengkak yang dialami oleh siswi tersebut disebabkan oleh adanya peradangan pada mata karena infeksi dan virus," katanya, Senin (3/11/2025).
Apalagi, dugaan itu diperkuat dengan pernyataan orang tua murid yang mengatakan bahwa mata anaknya sebelumnya memang merah walaupun sedikit.
Baca juga: PILU Pemuda Asal Aceh Tewas Dikeroyok di Area Masjid Agung Sibolga, Niat Istirahat Sebelum Melaut
Baca juga: Kejaksaan Geledah Kantor Kemenag Deli Serdang Perihal Korupsi Dana BOS
Jadi, awalnya mata merah dan radang itu jika dibiarkan akan membuat mata menjadi lebih merah dan radang yang mengikibatkan selaput mata berdarah.
Dokter menyebut jika matanya sakit karena kekerasan atau dipukul, biasanya hanya pada satu bagian mata saja, tapi pada video yang ada, kedua matanya merah dan bengkak.
Itu bukan akibat pukulan dan juga bukan akibat terlalu banyak menggunakan handphone.
Jadi, menurut analisis, mata merah dan bengkak tersebut karena adanya peradangan sakit mata yang disebabkan oleh infeksi dan virus.
Jadi, saat infeksi dan virus menyerang tubuh, maka sistem imun akan lemah dan mengakibatkan peradangan pada mata, hidung, ataupun mulut seperti halnya ispa.
Dan pada kasus ini, yang diserang adalah mata anak tersebut.
Dan bisa jadi, sebelum matanya merah dan berdarah seperti itu, beberapa hari sebelumnya, badan akan demam, lemah, dan lesu.
Kondisi itu seharusnya ditangani dengan istirahat yang cukup, pernah aku minum air putih dan berobat ke dokter.
Sejalah penanganan awal yang baik seharusnya dilakukan sebelum mata menjadi merah dan bengkak dan pembuluh darah pecah sehingga berdarah.
Sebab itu harusnya dibawa langsung ke dokter untuk ditangani dan dilihat apa penyebabnya.
Tapi jika dibiarkan saja, maka mata akan merah dan pembuluh darahnya akan pecah.
Sebenarnya kondisi itu tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan kebutaan, hanya saja penyembuhannya akan lebih lama jika dibiarkan dan sembuh sendiri jika kondisi pembuluh darah pecah.
Pembuluh darah pecah itu karena bengkak dan peradangan itu, oleh sebab itu mata punya perlindungan alami dengan melindungi kornea mata menggunakan membran mata sehingga menghalangi darah atau kotoran masuk merusak mata.
"Yang perlu diwaspadai yakni jangan mengucek mata terlalu kuat dan sering karena bisa menggores kornea mata sebab jika kornea mata tergores maka itu yang akan menganggu penglihatan mata," tutup dr Riani.
Dokter Puskes Sebut Mata Merah Dampak Suspek Batuk Pertusis
Sementara itu dokter Puskesmas Gandus yang dikutip dari instagram walikota Palembang @ratudewa menyebut jika F pernah dibawa ibunya untuk periksa ke Puskesmas pada 27 Oktober lalu.
Saat itu ibunya mengatakan bahwa F sempat demam seminggu dan merah pada matanya baru terjadi pada sebagian kecil mata kiri dan memang sudah bengkak atau lebam.
Kemudian ibunya bertanya apa yang menyebabkan anaknya sakit tersebut.
Setelah diperiksa menggunakan stetoskop, ditemukan ada bunyi berisik pada paru F dan disusul dengan batuk berulang-ulang.
Dari hasil pemeriksaan dan sepengetahuan medis dokter, disimpulkan itu disebut sebagai suspek batuk pertusis atau rejan.
Dikutip dari Ayo sehat pertusis adalah penyakit pernapasan yang sangat menular, juga dikenal sebagai batuk rejan, yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai dengan batuk hebat yang diikuti suara tarikan napas bernada tinggi seperti "whoop".
Gejalanya bisa dimulai seperti flu biasa tetapi kemudian berkembang menjadi serangan batuk parah yang dapat berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, dan pada bayi gejalanya bisa sangat serius.
(*/tribun-medan.com)
Artikel sudah tayang di tribun-sumsel
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| ALASAN Joko Siram Air Cabai ke Anggota DPRD Tony Hidayat, Kini Sepakat Damai di Polsek |
|
|---|
| RIAU PECAH REKOR! Gubernurnya Paling Sering Ditangkap KPK, Kini Abdul Wahid dan 9 Orang Diciduk |
|
|---|
| PROJO Ganti Logo Bukan Lagi Wajah Jokowi, Klaim Jokowi Setuju dan Diperintahkan Merapat ke Prabowo |
|
|---|
| AHMAD SAHRONI Muncul ke Publik, Curhat Momen Mencekam Rumahnya Dijarah, Sembunyi di Plafon |
|
|---|
| AKHIRNYA Mbah Sutaja Sukses Jebloskan Anggota DPRD yang Serobot Tanahnya, Modus Pinjam Sertifikat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.