Sumut Terkini

ASDP Membawa Mawan Menggali Budaya Batak Sembari Bersepeda di Kawasan Danau Toba

Sejumlah perkampungan yang berada di pinggiran Danau Toba menjadi sasaran utama petualangannya.

|
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/MAURITS
Mawan bersama tamunya dari Singapura berswafoto di pinggiran Danau Toba yang berada di Desa Paropo, Kecamatan Sialahisabungan, Kabupaten Dairi pada Minggu (17/8/2025). 

Sejauh pengalamannya, kenikmatan menggali budaya masyarakat sekitar kawasan Danau Toba ternyata dinikmati tamu yang ia boyong dari mancanegara.  

"Mayoritas tamu kita datang dari Malaysia, Singapura, Belanda, Australia. Dan teman-teman dari Bali juga merekomendasikan tamunya menikmati keindahan Danau Toba sambil sepedaan," sambungnya.

Setiap kelompok pejalan berjumlah hingga 20 orang dan memiliki kebiasaan tinggal di rumah warga setelah seharian berkeliling. "Kita berkelompok dengan jumlah 10 hingga 20 orang.

Setiap perjalanan memakan waktu hingga sepekan. Artinya, mereka memiliki waktu tinggal lama bersama masyarakat.

Dan yang paling mereka suka adalah menginap di rumah warga saat perjalanan," terangnya.

Dari Utara hingga Selatan, Barat dan Timur kawasan Danau Toba telah ia jelajahi sambil mengayuh sepeda bersama tamunya.

"Daerah yang sering kita kunjungi adalah sisi Barat Toba yakni kaki Pusuk Buhit dan daerah Silalahi, sisi Timur Toba, di Samosir dan sisi Utara Danau Toba yakni di Haranggaol, Tigaras dan beberapa tempat lainnya. Artinya, hampir seluruh kawasan Danau Toba sudah kita jalani dengan bersepeda," tuturnya.

Baginya, perbedaan budaya dan kebiasaan menjadi sebuah kenikmatan. Secara berangsur, ia sudah nyaman dengan kebiasaan masyarakat sekitar.

Bahkan, ia bersama tamu yang dibawanya selalu berharap dapat menikmati keseharian masyarakat sekitar.

Momen bertajuk budaya sekitar menjadi oleh-oleh terindah yang mereka dapatkan dari kawasan Danau Toba.

"Selain budaya kita yang berbeda, kebiasaan juga tentunya berbeda. Walau demikian, kita beberapa kali membuat kegiatan bersama masyarakat sekitar, misalnya pembuatan spot foto pengunjung yang sedang menunggang kerbau. Kerbau adalah hewan yang memiliki nilai filosofis bagi budaya Batak. Tentu ini menjadi destinasi bagi para pengunjung," sambungnya.

"Atraksi menggunakan hewan kerbau ini adalah bagian budaya. Apalagi backgroundnya Danau Toba dan itu memuaskan pengunjung. Ditambah lagi, adanya destinasi untuk memandikan kerbau," terangnya.

Menurutnya, ketika pengunjung memasuki kawasan Danau Toba, mereka dapat menikmati keunikan budaya setempat.

Untuk mendukung hal ini, ASDP menyediakan ruang akulturasi bagi setiap pengunjung baik wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman).

Saat memasuki areal pelabuhan yang dikelola ASDP, nuansa budaya sudah diperlihatkan melalui ornamen, bentuk pelabuhan, dan pernak-pernik yang ada di ruang tunggu pelabuhan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved