Bayi Meninggal
Keluarga Korban Bayi Meninggal Dunia di RSUD Sidikalang Disodorkan Amplop hingga Diminta Teken Surat
Suami korban, Mayahtra Simanjorang (36) mengatakan, Dokter Erna bersama 4 orang lainnya mendatangi rumah dan beri selembar amplop.
Penulis: Alvi Syahrin Najib Suwitra | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.COM, SIDIKALANG - Keluarga korban bayi meninggal dunia di RSUD Sidikalang didatangi oleh pihak keluarga dari Dokter Saut, yang di wakili oleh istrinya, Dokter Erna di kediamannya Desa Lae Pinang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.
Suami korban, Mayahtra Simanjorang (36) mengatakan, Dokter Erna bersama 4 orang lainnya mendatangi rumah tersebut dengan memberikan selembar amplop dan sebuah surat pernyataan kepada pihak korban pada hari Sabtu (28/1/2023) kemarin sekitar pukul 2 siang.
"Waktu di bilang istri dokter itu, kedatangannya kesini untuk membuat surat pernyataan, bahwa kita tidak ada permasalahan. Tidak ada persoalan lagi lah gitu, " Ujar Mayahtra kepada Tribun Medan, Selasa (31/1/2023).
Atas pernyataan tersebut, pihak keluarga korban kemudian menolak mentah - mentah amplop beserta surat pernyataan tersebut, dan menyerahkan hal tersebut kepada kuasa hukumnya.
"Jadi saya bilang, mending kalian ngomong saja dengan pengacara. Kami tidak tahu itu, " Ucap Mayahtra.
Lalu, pihak dokter Erna kemudian menjawab bahwa hal tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kuasa hukum mereka.
"Lalu mereka jawab, itu tidak ada hubungannya sama mereka. Orang itu (pengacara) tidak bisa kita larang, itu urusan mereka. Apa yang di rumah sakit itu hubungan mereka. Kita cuma pribadi aja, " Terang Mayahtra mengikuti ucapan Dokter Erna.
Sebelum meninggalkan lokasi, pihak dari Dokter Erna kemudian menyerahkan sebuah amplop dengan alasan untuk membeli ayam.
Lalu pihak keluarga korban kemudian menolak untuk menerima amplop tersebut, namun pihak dokter Erna tetap memaksa dan meninggalkan amplop berwarna putih di rumah korban.
Sampai saat ini, pihak keluarga korban pun tidak ada membuka dan membiarkan amplop tersebut berada di rumahnya.
Sementara itu, kuasa hukum korban, Dedi Kurniawan Angkat mengatakan pihaknya sangat menyayangkan aksi yang dilakukan oleh pihak Dokter Erna yang tidak memiliki etika.
"Kedatangan dokter Erna sangat tidak beretika, karena sejak awal korban sudah memiliki kuasa hukum, " Ungkapnya.
Dirinya pun disebut - sebut menerima uang tunai dari Dokter Saut sebesar Rp 50 juta kepada pihak keluarga korban.
"Disini juga kami ingin memberikan klarifikasi tidak benar isu telah menerima uang Rp 50 juta, " Tegasnya.
Bahkan, Dedi juga menyampaikan bahwa pihaknya akan melanjutkan perkara pidana ini ke Polda Sumut. "Rencananya hari Kamis kami akan melapor , " Bebernya.
Terpisah, Dokter Erna kepada Tribun Medan melalui pesan singkat menegaskan bahwa dirinya tidak ada memberikan amplop dan surat pernyataan kepada keluarga korban.
"Tidak ada pak. Itu semua fitnah pak, " Balasnya.
Dirinya pun berasalan kedatangannya ke rumah korban hanya untuk menjalin silaturahmi. " Sebagai silaturahmi satu kampung Dairi Sidikalang, " Katanya.
Bayi Meninggal Karena Diduga Lamban Ditangani dan Bertele-tele
Petugas medis RSUD Sidikalang diduga bekerja tak profesional.
Karena dugaan ketidakbecusan petugas medis itu, bayi yang hendak dilahirkan meninggal dunia.
Kuat dugaan, meninggalnya bayi pasangan Mayahtra Simanjorang (36) dan Rahmadayanti boru Ujung (32) itu karena keteledoran petugas rumah sakit.
Menurut cerita, mulanya pasangan suami istri warga Dusun III Lae Pinang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi itu datang ke RSUD Sidikalang pada Sabtu (7/1/2023) malam sekira pukul 22.30 WIB dengan kondisi sudah pecah ketuban.
Baca juga: Dua Pria Ini Ditangkap Polisi, Curi Timbangan Bayi dan Puluhan Alat Medis di Eks RS Permata Bunda
Kebetulan, di kampung mereka bidan tidak memiliki alat yang memadai.
Sehingga, si calon ibu harus dibawa ke RSUD Sidikalang.
"Setibanya di rumah sakit, tante saya turun nanya ke perawat ada dokter enggak. Katanya ada. Makanya kami rawat di sini," kata Rahmadayanti, Selasa (10/1/2023).
Yanti mengatakan, apabila sejak awal rumah sakit mengatakan bahwa tidak ada dokter, tentu mereka akan mencari rumah sakit lain di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo.
Setelah diberitahu ada dokter, maka Rahmadayanti kemudian dibawa ke ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan dilakukan pemeriksaan luar.
Setelah dilihat sudah pecah ketuban, perawat yang kala itu sedang berjaga kemudian menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan USG.
Baca juga: Agar Tak Ketahuan Orangtua Hamil Duluan, Pasangan Kekasih Bersandiwara Temukan Bayi di Pinggir Jalan
Namun, pemeriksaan itu dilakukan oleh dokter yang hari tengah melakukan operasi kepada pasien lain.
"Setelah kami tunggu sampai jam 12 malam ke atas, kata perawat nya besok aja di USG. Rawat inap aja dulu. Baru lah saya dibawa ke ruangan Mawar," jelasnya.
Setelah keesokan harinya, tepatnya pada hari Minggu (8/1/2023), Rahmadayanti tak kunjung mendapatkan perawatan dari pihak kedokteran.
Menurut perawat, bahwa dokter pada hari Minggu tidak ada di rumah sakit.
"Rupanya pas hari Minggu enggak ada dokter. Besok lah pas hari Senin," ucap Rahmadayanti menirukan ucapan perawat.
Baca juga: VIRAL Kisah Istri Bawa Bayi Berpura-pura Jadi Korban Penculikan, Minta Uang Tebusan 50 Juta ke Suami
Dirinya pun mendesak perawat agar segera dilakukan pemeriksaan USG, namun perawat malah memarahi pasien.
"Katanya masih ada nomor antrian. Nanti lah tunggu nomor antriannya kosong. Aku kondisinya sudah lemas, tidak ada tenaga lagi. Jadi kami tanya, bagaimana ini. Lalu di bawa lah kami ke ruangan VK (kamar bersalin),"
"Jadi karena sudah gak sanggup lagi, ku bilang lah, gak bisa kami di duluankan kak? Lalu kata mereka, masih banyak pasien disitu. Lagian dokter cuma satu. Kalau kalian mau (cepat), kalian bilang lah sama dokternya," ungkapnya.
Hingga pada hari senin, sekitar pukul 4 sore, dirinya baru di bawa ke ruangan operasi untuk dikeluarkan bayi dari dalam perutnya.
Namun naas, bayi dalam kandungannya sudah meninggal dunia.
Baca juga: Jasad Bayi Laki-laki Mengapung di Sungai Deli, Diduga Baru Saja Dilahirkan
Setelah dinyatakan meninggal dunia, pihak keluarga kemudian meminta bayi tersebut agar segera dilakukan prosesi pemakaman.
Menurut Rahmadayanti, dirinya sampai sekarang belum mendapat keterangan resmi dari dokter terkait apa penyebab sang bayinya meninggal dunia.
"Belum ada diberitahu apa - apa. Katanya nanti dikasih tahu, tapi sampai sekarang belum ada," terangnya.
Menurut suami Rahmadayanti, Mayahtra, bayi yang meninggal ini adalah anak pertama mereka sejak menikah tahun 2020 lalu.
Baca juga: Culik Bayi Berusia 3 Hari karena Divonis Tak Bisa Punya Anak, Pelaku Sengaja Pilih Bayi Perempuan
"Sebelumnya istri saya pada tahun 2021 sudah hamil, tapi keguruan. Nah, tahun ini lah punya anak lagi, tapi meninggal dunia dalam kandungan," sebutnya sambil menahan air mata.
Terpisah, Direktur Umum (Dirut) RSUD Sidikalang, dr Pesalmen Saragih menjelaskan dirinya masih ingin menanyakan kejelasan kepada dokter yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
"Sekarang ini dokternya masih menjalani operasi, nanti setelah operasinya selesai, akan saya panggil untuk menanyakan kejelasan kronologisnya bagaimana," kata Pesalmen.
(cr7/tribun-medan.com)
Bayi Meninggal di RSUD Sidikalang, Bupati Dairi Cemberut Datang ke Ombudsman |
![]() |
---|
dr Saut Simanjuntak Diberhentikan dari Dokter Madya soal Bayi Meninggal, Sebelumnya Kasih 25 Juta |
![]() |
---|
Dokter Saut Dikenakan Hukuman Disiplin, Terbukti Meninggalkan Tugas hingga Sebabkan Bayi Meninggal |
![]() |
---|
Akhirnya Orangtua Bayi Meninggal dan Dokter Saut Simanjuntak Berdamai, 25 Juta Upah-upah |
![]() |
---|
Mayahtra Simanjorang Bongkar Pemberian Amplop, Rumor Terima 50 Juta Kasus Bayi Meninggal di Dairi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.