Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
Siasat Licik Yosef, Kirim Surat ke Jokowi, Minta Keadilan Istri dan Anak Dibunuh, Rupanya Tersangka
Adapun isi surat tersebut, di point pertama Yosef meminta perlindungan hukum untuknya dan anaknya.
"Bongkar dulu yayasan, kalau sudah dibongkar baru ketahuan (motif kasus Subang)," kata Achmad Taufan, pengacara Muhamad Ramdanu alias Danu.
Yayasan Bina Prestasi Nasional yang beralamatkan di Curugrendeng, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang ini diketahui terbentuk tahun 2009, dirintis oleh Yosef Hidayah dan istri mudanya, Mimin.
Saat itu Mimin sempat menjadi bendahara Yayasan Binsa Prestasi Nasional selama 2 tahun.
Baca juga: Ekspresi Wajah Djarot Saiful Hidayat, Saat Ganjar Tertawa Dengar Cerita Mahfud Beli Kemeja 2019 Lalu
Namun akhirnya posisi itu digantikan Tuti Suhartini yakni istri pertama Yosef.
"Awalnya Yoris ketua yayasan sebelum terjadi pembunuhan. Yosef dewan pembina, Tuti bendahara, Amel sekretaris," papar pengacara Yoris, Leni Anggraeni.
Dengan jabatan itu, Tuti dan Amel mendapat penghasilan sebesar Rp 10 juta, Yoris Rp 10 juta.
Sedangkan Yosef, mendapat uang dari yang diberikan oleh Tuti.
Baca juga: Amalan Nabi Muhammad Baca Surat Al Mulk, 30 Kebaikan Ini Terkandung di Dalamnya
Setelah terjadi pembunuhan ibu dan anak di Subang, Yosef Hidayah menempati jabatan sebagai Ketua Yayasan Bina Prestasi Nasional.
Sedangkan Yoris Raja Amarullah menjadi kepala sekolahnya.
"Kata Yoris, Mimin kesel kali minta uang teh harus ke mama terus kan mama bendahara. Mungkin yah," kata Leni.
Informasi dari Yoris, kata Leni, sebagian staf di yayasan tersebut merupakan keluarga Mimin."Stafnya banyak keluarga bu Miminm" katanya.
Sehingga itu, Yayasan tersebut diduga kuat menjadi motif pembunuhan ini.
Sementara itu, Leni Anggraeni menerangkan kesaksian Yoris, tak ada proyek bernilai fantastis di yayasan tersebut.
Katanya, hanya ada pencairan dana BOS.
Baca juga: Kelakar Mahfud MD Pakai Kemeja 5 Tahun Lalu, Saat Batal jadi Bacawapres Jokowi di Pipres 2019
"Kalau setahu Yoris gak ada proyek (nilai fantastis). Tahunya ada dana BOS aja. Gak ada uang lain-lain, kalau pengakuan a Yoris," kata Leni.
Dana BOS di yayasan tersebut cair dua atau tiga kali per tahunnya.
Nominalnya sekitar Rp 200 juta sampai Rp 300 juta sekali cair.
"Dari satu yayasan bisa Rp 1 miliar. Itu bukan uang (pribadi), buat sekolah, buat guru. Gak mungkin bisa di (mainkan) ini," kata Leni.
Minta Cairkan Uang
Leni ikut mengungkap kejadian tak biasa yang dialami kliennya, Yoris.
Beberapa waktu setelah pembunuhan ibu dan anak di Subang, Yosef mendadak meminta Yoris mencairkan dana.
Padahal saat itu Yoris masih dalam kondisi berduka ditinggal ibu dan adiknya, langsung naik darah pada Yosef.
"Ribut sama pak Yosef. 'Belum ge mamah udah bahas uang'. Makanya sama Yoris gak mau ikut campur urusan uang. Ada pencairan oleh orang pak Yosef. Ada Rp 200 juta,. Yoris gak ikutan," katanya.
Baca juga: PB PON Lakukan Rasionalisasi Kebutuhan Anggaran Pelaksanaan PON Aceh-Sumut 2024
Yoris tak terima ketika suasana masih bersedih, Yosef justru sibuk mengurus uang.
"Udah ngomongin duit. 'Yoris coba cairkan itu uang'. Ini kan lagi sedih," kata Leni.
Kepada TribunnewsBogor.com beberapa waktu lalu, Yoris Raja Amarullah sempat mengaku dipaksa untuk kembali menjabat sebagai kepala sekolah.
"Ditarik lagi sama si papah (Yosef) soalnya papah maksa Yoris buat ngejalanin sekolah lagi dulu lewat Kades Jalancagak ya saya mengalah," kata Yoris lewat pesan WhatsApp kepada TribunnewsBogor.com.
Ia mengaku sudah tak lagi menjadi pengurus Yayasan Bina Prestasi Nasional.
"Sekarang mah keluar dari yayasan jadi kepala sekolah." kata Yoris.
Artikel ini diolah Tribun Sumsel
Baca Berita Tribun Medan Lainnya di Google News

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.