Sinode Godang ke-67 HKBP, Kembali ke Jalan Ketulusan dan Kesederhanaan
Sinode kali ini berkemungkinan akan diikuti oleh beberapa kandidat calon Ephorus, yang tentu bukan kandidat sembarangan
Lalu secara organisasional-managerial, dalam beberapa tahun terakhir ini HKBP sibuk dan sangat intens mengurusi masalah sentralisasi keuangan dengan semua kontroversinya dibanding memperdalam merumuskan Teologia yang bisa menjawab tantangan zaman.
Tentu keberhasilan kepemimpinan HKBP dalam memperbaiki tata kelola keuangan organisasi sangat layak diapresiasi. Namun demikan, upaya penyempurnaan pengelolaan keuangan Organisasi selayaknya tidak mengubah spirit teologia yang sedari awal telah menjadi “inti jiwa” dari HKBP.
Masalah lainnya yang tak kalah urgennya adalah soal adaptasi kontekstual Teologia HKBP terhadap perkembangan zaman dan berbagai persoalan yang ikut bersamanya. Nyatanya, Teologia HKBP nyaris tidak berubah dalam beberapa dekade ke belakang, sementara tantangan baru akibat perubahan zaman dan pergeseran peradaban dalam satu dekade terakhir luar biasa dahsyatnya.
Secara teknis bisa dikatakan bahwa Teologia HKBP belum merumuskan bagaimana jawaban teologis-operasional yang bisa dijadikan petunjuk teknis bagi organisasi untuk menyelesaikan masalah kemiskinan yang masih menimpa warga HKBP, masalah pengangguran anak muda, masalah dekadensi moral dan penipisan etika generasi muda, rendahnya SDM sebagian generasi muda, korupsi yang semakin menggila, ketimpangan ekonomi yang kian menebal, dan penipisan solidaritas sosial antar sesama warga HKBP, termasuk masalah tendensi kekuasaan yang mulai menjauh dari nilai-nilai demokrasi, dan seterusnya.
Namun faktanya selama ini, kesannya yang lebih dipedulikan oleh pimpinan HKBP adalah sentralisasi keuangan, pembangunan fasilitas fisik, dan sejenisnya. Pokoknya aspek materialisme menjadi pengutamaan dibanding aspek Theologis-spritual.
Itulah yang terjadi di HKBP sekarang, dan itulah yang menampakkan diri dalam pemilihan pimpinan apakah Ephorus kali ini, Sekjen, Kadep, Pareses dalam Sinode yang akan datang. Jika tidak ada yang menyuarakan masalah-masalah ini, maka jangan heran kalau dalam pemilihan kali ini masing-masing calon untuk posisi apapun, punya tim sukses layaknya Pilpres-Pileg-Pilkada, yang lebih mementingkan sisi elektoral ketimbang sisi strategis perbaikan dan pembenahan kehidupan organisasi ke depan.
Pendeknya, untuk menutup tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa pemilihan pimpinan HKBP kali ini sejatinya dan seharusnya menjadi pemilihan yang memberikan harapan baru bagi HKBP secara organisasional dan bagi warga HKBP secara umum.
Karena sejatinya HKBP tidak saja hadir untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi oleh warga HKBP, tapi juga menjadi bagian dari kebanggaan orang-orang Kristen Batak yang melekat di dalam diri di mana pun mereka berada.
Untuk mencapai itu, tentu perubahan signifikan harus dilakukan. Dan jalan tercepat serta terbaik untuk itu adalah dengan terpilihnya pimpinan HKBP yang “aware” terhadap persoalan-persoalan di atas di satu sisi dan beritikad kuat untuk melakukan perubahan di sisi lain. Semoga!
| Ironi Kaldera Toba: Pembangunan demi Status Geopark UNESCO |
|
|---|
| Arti Lirik Lagu Batak Godangni Na Marsirang yang Dipopulerkan oleh Bulan Panjaitan |
|
|---|
| Intelektual Publik, The Lonely Single Fighter Penjaga Tegaknya Demokrasi |
|
|---|
| Bekali Diri secara Baik Sebelum Masuk Bilik Suara Pilkada Serentak |
|
|---|
| Menilik Peta Persaingan di Pilkada Sumatera Utara |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.