Edy Rahmayadi Ngaku Memilih tak Populer demi Hilangkan Suap di Pemprov Sumut

Pemprov Sumut meraih penghargaan Anugerah Meritokrasi 2022, naik kelas dari kategori baik menjadi sangat baik.

Editor: Jefri Susetio
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan istri melambaikan tangan seusai mengikuti prosesi pisah sambut akhir jabatan, di kantor Pemprov Sumut di Jalan Diponegoro, Medan, Selasa (5/9/2023). Berikut wawancara dengan Edy Rahmayadi sebelum berakhirnya masa jabatan. 

TRIBUN: Pak Gub, kenapa ini perlu karena diketahui bersama apa tertangkap korupsi berjemaah di DPRD Sumut. Apakah Pak Gub, membangun sistem mata-mata, pelapor-pelapor di dalam.

EDY RAHMAYADI: Wajib, harus. Pasti ada informasi, inilah tidak terlepas informasi dari semua pihak. Inilah tadi, jangan menerima suap. Jangan terima suap dan macam-macam dengan gratifikasi. Sudah jelas semua itu. Apa yang mau kita ikuti. Kalau diikuti banyak saja kurang apalagi sedikit.

Kalau warga Sumut mau sejahtera saya itung itu, butuh dan Rp 2,4 triliun setiap bulannya untuk 33 kabupaten/kota.

Tetapi, uang kita baru Rp 1,1 triliun perputarannya setiap bulannya. Maka dari itu, UMR tidak terkejar.

Harusnya buruh di Sumut paling rendah kantongi Rp 5 juta setiap bulannya, saat ini baru Rp 2,4 juta. Selain itu, saya selalu ribut dengan penyerapan pada tingkat kabupaten dan provinsi.

Mengapa penyerapan harus dilakukan? Penyerapan merupakan salah satu pelumas untuk bisa melengkapi Rp 2,4 triliun setiap bulannya. Ini yang kita kejar terus.

Ada yang belanja, ada yang jual cabai, saya dulu tentara kita tidak mikir ini. Tetapi sekarang pagi-pagi saya bangun langsung nanya berapa harga cabai. Berapa warga bawang karena bisa mempengaruhi inflasi.

Baca juga: Edy Rahmayadi Hadiri Launching Tim dan Jersey PSMS Medan: Saya Mau Kalian Bermain Cantik

 

TRIBUN: Nanti malam akan ada final Edy Rahmayadi CUT antara PSMS Medan dengan SADA Sumut FC. Apakah ini melanjutkan kecintaan sepak bola ketika dulu memimpin PSSI.

EDY RAHMAYADI: PSMS itu adalah warisan dari pendahulu-pendahulu di Sumut ini. PSMS lahir 1950 begitu panjang. Saat ini PSMS berada di Liga-2 Indonesia.

Dulu bola itu, pertama PSM Ujung Pandang, kedua Persib Bandung, ketiga Persebaya Surabaya, keempat Persija Jakarta. Dan, kelima PSMS Medan.

Nah sekarang kita mulai membangun kembali untuk memberikan pelatihan kepada tiga klub di Sumut yang masuk ke liga-2. Yaitu, SADA Sumut FC, PSDS Deliserdang dan PSMS Medan.

Kita tahu Sumut ini bahwa pencinta sepak bola begitu besar dan stadion bisa goyang suporter. Jadi, suasana politik ini tegang dihiburlah dengan sepak bola kita.

Kebetulan nanti malam final dan saya hadir memberikan apresiasi kepada siapapun yang menang.

Kemudian, di stadion itu ada UMKM, seperti pejual telur asin, kerupuk, sampai sekarang dihidupkan kembali. Mereka hidup di tengah pertandingan sepak bola. Ekonomi kecil bisa berjalan.

(*)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved