Sumut Terkini

2 Guru dan 1 Siswa di Sekolah Rakyat Sentra Bahagia Mengundurkan Diri, Ini Kata Kepsek

Dijelaskan Maragoti, khusus dua guru agama ini bukan diambil dari Kementerian Sosial melainkan Kementerian agama. 

Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ANISA
SEKOLAH RAKYAT: Penampakan sejumlah fasilitas di sekolah rakyat yang akan diresmikan, Senin (14/7/2025) besok. Ada Asrama, ruang kelas hingga lapangan olahraga yang bisa digunakan siswa. 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Dua guru agama dan satu siswa di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) II di Sentra Bahagia Medan, Jalan Williem Iskandar Kecamatan Medan Tembung mengundurkan diri. 

Kepala Sekolah SRMP II Maragoti mengatakan, dua guru agama ini mengundurkan diri karena permasalahan SK untuk sertifikasi guru. 

Dijelaskan Maragoti, khusus dua guru agama ini bukan diambil dari Kementerian Sosial melainkan Kementerian agama. 

Untuk itu, dua guru itu saat ini sedang mengejar target jam mengajar selama 24 jam. Sebab, jika jam mengajarnya kurang dari 24 jam maka sertifikasi guru tidak akan didapatkam oleh pihaknya.

"Di SRMP II ini ada dua guru dan satu siswa yang mengundurkan diri. Kedua guru yang mengundurkan diri ini adalah guru agama yang direkrut melalui Kemenag bukan Kemensos," jelasnya saat dikunjungi Tribun Medan, Rabu (6/8/2025).

Dikatakannya, selama ini guru agama banyak memerlukan sertifikasi. Untuk mendapatkan itu ada beberapa persyaratan, diantaranya jumlah jam mengajar.

"Jadi posisinya guru yang mundur ini kebanyakan guru agama. Guru agama ini selama ini sudah bertugas di Kemenag, mereka perlu sertifikasi. Salah satu persyaratan sertifikasi dia harus mengampu, beban mengajar 24 jam," tuturnya.

Diterangkannya, untuk mendapatkan waktu mengajar 24 jam, ia perlu banyak kelas. Sementara di sekolah rakyat ini hanya ada empat kelas.

"Sedangkan di sini satu kelas untuk satu minggu itu hanya 3 jam. Jadi kalau dihitung kalkulasi, kita yang ada di srmp 2 ini hanya ada 4 kelas. 3 x 4 baru 12 jam. Itu yang membuat mereka khawatir, tidak akan mendapatkan sertifikasi," jelasnya. 

Untuk saat ini pasca dua guru agama mengundurkan diri, tugas guru keagamaan itu dilakukan secara bergantian oleh pihak asrama ataupun yang lainnya.

"Tapi sampai hari ini kita masih menunggj arahan lanjutan dari Kemensos untuk pengganti gurj agama tersebut," jelasnya.

Sementara, untuk satu orang siswa ya g mengundurkan diri ini karena faktor orang tuanya sendiri.

"Siswa yang mengundurkan diri ini seorang laki-laki. Tiap minggu orangtuanya datang. Ibunya ini selalu menangis kepada anaknya agar tidak sekolah di asrama," jelasnya. 

Dikatakannya, karena setiap orangtuanya datang sambil menangis, akhirnya siswa ini pun tak berminat lagi di asrama.

"Awalnya anak ini sudah beradaptasi dengan baik. Tapi karena faktor orang tua ya. Ayah bersikeras anaknya untuk sekolah di sini. Sedangkan ibunya tidak. Ibunya beranggapan supaya semuanya gratis. Itu sah-sahnya, karena mereka memang memenuhi kriteria untuk itu,"jelasnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved