Israel vs Hamas

Pernyataan Mossad Israel Tentang Operasi Militer yang Tewaskan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar

Badan Intelijen Israel, Mossad, menepis adanya operasi khusus untuk membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar.

Editor: Juang Naibaho
BBC
Israel mengumumkan pemimpin Hamas Yahya Sinwar terbunuh dalam operasi pasukan militer IDF di Gaza selatan pada Rabu (16/10/2024) waktu setempat. 

”Matanya penuh dengan kebahagiaan saat ia menceritakan kisah ini kepada kami,” kata Koubi.

Setelah menjadi pimpinan Hamas di Gaza pada 2017, Sinwar bekerja sama dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh untuk menyelaraskan kelompok militan tersebut dengan Iran sekaligus meningkatkan kemampuan militer. 

Yahya Sinwar kemudian terpilih menjadi pemimpin tertinggi Hamas setelah kematian Ismail Haniyeh dalam serangan Israel di Teheran, Iran.

Netanyahu Sebut Perang Gaza Berlanjut

Meski Yahya Sinwar telah dikonfirmasi tewas dalam sebuah operasi militer di selatan Jalur Gaza, namun hal itu tak membuat PM Israel Benyamin Netanyahu mundur.

Netanyahu mengatakan perang dengan Hamas belum berakhir. Tetapi, kematian Yahya Sinwar adalah titik awal menuju berakhirnya perang Gaza.

"Hari ini kita telah menyelesaikan masalah. Hari ini kejahatan telah mendapat balasan, tetapi tugas (berperang) kita masih belum selesai," kata Netanyahu melalui pernyataan video, seperti dari Reuters.

Netanyahu menegaskan bahwa agresi di Gaza bisa berakhir kapan saja, asalkan kelompok militan Hamas bersedia menyerah dan membebaskan seluruh sandera.

“Perang ini dapat berakhir besok. Dapat berakhir jika Hamas meletakkan senjata dan memulangkan para sandera,” ujarnya.

Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari mengatakan dengan tegas akan menargetkan saudara laki-laki Yahya Sinwar, yaitu Muhammad Sinwar.

"Israel secara aktif mencari Muhammad Sinwar, saudara laki-laki pemimpin Hamas yang terbunuh, dan semua komandan militer Hamas," kata Hagari, dikutip dari The Times of Israel.

Muhammad Sinwar adalah salah satu komandan senior dan veteran sayap bersenjata Hamas. Ia lahir di kamp pengungsian Khan Younis pada 15 September 1975. Muhammad Sinwar dianggap lebih tegas dari saudaranya, Yahya.

Keahliannya bukan hanya memahami intelijen Israel dan taktik IDF, tetapi juga menyelaraskan kepentingan berbagai organisasi, dikutip dari The Jerusalem Post.

Pria berusia 49 tahun ini diketahui jarang muncul di depan publik atau berbicara kepada media. Selama ini, ia telah menjadi salah satu target utama dalam daftar orang yang dicari Israel.

Ia juga telah berulang kali selamat dari beberapa upaya Israel untuk membunuhnya, dikutip dari NDTV. Upaya terakhir Israel untuk membunuh Muhammad Sinwar adalah pada tahun 2021. (*/tribunmedan.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved